Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekanan Inflasi Sumut Diperkirakan Mereda Kuartal I/2017

Hingga November 2016, Sumatra Utara masih mengalami tekanan inflasi yang cukup tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut mencatat, inflasi bulanan pada bulan lalu mencapai 0,76%, dan menyebabkan laju year on year mencapai 7,25%, dan kumulatif 6,13% atau berada di atas target Bank Indonesia Wilayah Sumut yakni 4,5%, plus minus 1%. Adapun, tekanan tersebut baru diperkirakan mereda pada kuartal I/2017.
Kebutuhan pokok di pasar tradisional./Ilustrasi-Bisnis
Kebutuhan pokok di pasar tradisional./Ilustrasi-Bisnis

Kabar24.com, MEDAN—Hingga November 2016, Sumatra Utara masih mengalami tekanan inflasi yang cukup tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut mencatat, inflasi bulanan pada bulan lalu mencapai 0,76%, dan menyebabkan laju year on year mencapai 7,25%, dan kumulatif 6,13% atau berada di atas target Bank Indonesia Wilayah Sumut yakni 4,5%, plus minus 1%. Adapun, tekanan tersebut baru diperkirakan mereda pada kuartal I/2017.

Berdasarkan Kajian Ekonomi Regional Kuartal III/2016 yang dikutip Bisnis, Kamis (1/12), Kepala Kantor Perwakilan BI Sumut Difi A. Johansyah mengemukakan, perkiraan tekanan inflasi sepanjang tahun ini memang lebih tinggi dari perkiraan.

“Ini terutama akibat masifnya penurunan produktivitas tanaman pangan dan hortikultura memasuki semester II/2016. Akibatnya pasokan langka. Perbaikan harga komoditas perkebunan pada semester ini juga turut menopang daya beli masyarakat,” papar Difi.

Kendati demikian, masuknya musim panen tanaman pangan pada kuartal I/2017, dia proyeksi dapat menurunkan laju tersebut pada kisaran 3,5%, plus minus 0,5% secara year on year. Tak hanya itu, perkiraan cuaca yang kondusif untuk menopang aktivitas pertanian juga bisa mendukung produktivitas tanaman pangan.

Difi yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumut juga mengatakan, sepanjang tahun ini pihaknya telah melakukan berbagai langkah pederam gejolak inflasi.

Beberapa di antaranya yakni meningkatkan kerja sama perdagangan antar daerah, seperti dengan Pemprov Jawa Tengah, optimalisasi peran Toko Tani, pembenahan tata niaga dengan mengawasi gudang-gudang penyimpanan bahan kebutuhan pokok, operasi pasar, dan penjajakan pembentukan BUMD Pangan.

Terpisah, hal senada dikemukakan Plt Kepala Dinas Pertanian Sumut Azhar Harahap. Adapun, komoditas pangan yang akan mulai panen pada bulan ini terutama cabai merah. Cabai merah merupakan komoditas pemicu utama inflasi selama 3 bulan terakhir di Sumut.

“Saat ini yang masih panen hanya di Karo. Daerah lain seperti Simalungun, sebagian Asahan, Batubara, dan Tapanuli Utara itu baru panen pada bulan ini. Tapi yang paling banyak panen pada Januari 2017. Apalagi Batubara beberapa waktu lalu gagal panen karena virus kuning. Kami musnahkan semua, dan ganti tanaman baru,” jelas Azhar.

Adapun, Karo menjadi daerah penghasil cabai merah terluas di Sumut dengan total lahan 350 hektare. Pada Januari 2017, Azhar memperkirakan, jumlah luas lahan cabai merah yang akan panen melebihi 1.000 hektare.

Selain masalah jadwal panen, Azhar menuturkan, kenaikan harga cabai merah di Sumut sebenarnya dapat diredam dengan jumlah produksi yang ada, asal distribusi seluruhnya di dalam provinsi.

“Tapi saat ini kan banyak produksi kita yang ke Pekanbaru, dan Batam. Memang tidak bisa kami cegah, karena harga jual di sana kan lebih tinggi. Selain itu, pasokan yang biasanya masuk dari Jawa, berkurang, karena di sana juga produksi turun.”

Pada tahun depan, Dinas Pertanian Sumut akan mengantisipasi masalah ini dengan pola tanam yang mampu menghasilkan panen sepanjang tahun.

“Kami akan atur, agar sepanjang tahun, produksi berbagai komoditas pangan ini tersedia. Tapi juga harus diperhitungkan harganya, agar petani tidak rugi, tapi juga tidak mahal di tingkat konsumen. Tata niaga juga harus diatur,” pungkasnya.

Sebelumnya, BPS Sumut mencatat, inflasi kelompok bahan makanan sepanjang bulan lalu memiliki andil inflasi tertinggi yakni 0,62% dengan laju 2,39%.

Kelompok bahan makanan masih menjadi pemicu inflasi di semua kota IHK [Indeks Harga Konsumen], terutama akibat cabai merah. Di Pematang Siantar misalnya, andil inflasi cabai merah 0,52%, Padang Sidempuan 0,28%, Sibolga 0,95%, dan di Medan andilnya 0,63%.

Adapun, kenaikan harga tertinggi di Medan dialami cabai rawit 37,6%, diikuti cabai merah 16,2%, sabun cuci batangan 8,94%, bawang merah 5,35%, dan daging sapi 3,42%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper