Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsumsi India Turun, Harga Gula Merosot

Harga gula mentah merosot ke level terendah baru tahun ini seiring dengan proyeksi berkurangnya impor dari India.
Gula/ilustrasi
Gula/ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA--Harga gula mentah merosot ke level terendah baru tahun ini seiring dengan proyeksi berkurangnya impor dari India.

Pada penutupan perdagangan Selasa (7/3/2017) harga gula di bursa ICE Futures Europe Commodities untuk kontrak Mei 2017 menurun 0,75 poin atau 3,92% menuju US$18,4 sen per pon. Ini merupakan level terendah baru pada 2017.

Sepanjang tahun berjalan, harga merosot 4,42%. Tahun lalu, harga gula berhasil melonjak 30,48% year on year/ yoy setelah mengalami tren menurun sejak 2010.

Tom Kujawa, co-head of the softs department Sucden Financial Ltd., menyampaikan proyeksi bullish membuat harga gula melonjak pada 2016. Sentimen utama yang menopang ialah cuaca kering yang menurunkan produksi di India, sehingga negara tersebut harus melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.

"Namun, proyeksi permintaan India tidak sebesar ekspektasi pasar, sehingga harga terus menjauhi kondisi bullish," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (8/3/2017)

Indian Sugar Mills Association (ISMA) memaparkan, tingkat produksi pada musim 2016-2017 yang dimulai Oktober lalu mungkin merosot ke 23,4 juta ton, atau level terendah dalam tujuh tahun terakhir. Pada musim sebelumnya, India menghasilkan gula sejumlah 25,1 juta ton.

Rendahnya pasokan baru disebabkan penutupan pabrik gula yang lebih cepat di negara bagian Maharashtra dan Karnataka. Penjualan gula di musim 2016-2017 juga diprediksi turun menjadi 24,2 juta ton dari musim sebelumnya 24,85 juta ton.

Adapun pada musim 2017-2018, produksi gula India bisa meningkat ke 25,5 juta ton. Di Thailand, jumlah produksi pada musim 2017-2018 diperkirakan naik 1 juta ton dari musim sebelumnya sejumlah 10,5 juta ton.

John Stansfield, analis Group Sopex, menyampaikan pasar gula akan berubah menjadi surplus pada musim 2017-2018 sebesar 7 juta ton dari defisit pada musim sebelumnya sejumlah 15 juta ton. Sebagai informasi, Group Sopex adalah perusahaan asal Belgia yang berdiri pada 1894 serta aktif dalam perdagangan bahan baku seperti gula, kopi, dan kakao.

"Dari bulan Maret sampai akhir September pasar masih akan memantau tingkat suplai dan permintaan gula. Diperkirakan pasokan mulai sesak antara Mei-Juli 2017," tuturnya, Rabu (1/3/2017).

Pasar gula menggunakan patokan musim mulai Oktober sampai dengan September di tahun berikutnya. Artinya, musim 2017-2018 berlangsung mulai Oktober 2017 hingga September 2018.

Total produksi gula pada musim 2017-2018 diperkirakan sebesar 188,2 juta ton, sedangkan permintaan sejumlah 180,8 juta ton. Pada musim sebelumnya, tingkat produksi diprediksi mencapai 173,9 juta ton, dan volume permintaan sebesar 178,8 juta ton.

Menurut Stansfield, kondisi surplus pasar disebabkan perlambatan permintaan global karena menurunnya konsumsi di India dan China. Sementara dari sisi pasokan, tingkat produksi di Amerika Tengah, Eropa, India, dan Thailand bakal lebih kuat.

Sejak tahun 2015 cuaca kering akibat El Nino memicu penanaman tebu di India, Thailand, dan China sebagai tiga produsen terbesar di Asia. Pasar global pun mengalami defisit pertama kalinya dalam lima tahun terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper