Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kadin DKI Minta Promosi Produk Ekspor Digencarkan

Kalangan pelaku usaha di Jakarta mendorong pemerintah untuk gencar mempromosikan produk-produk ekspor ke berbagai negara yang saat ini dinilai belum terlalu maksimal.
Ilustrasi aktivitas ekspor
Ilustrasi aktivitas ekspor

Bisnis.com, JAKARTA- Kalangan pelaku usaha di Jakarta mendorong pemerintah untuk gencar mempromosikan produk-produk ekspor ke berbagai negara yang saat ini dinilai belum terlalu maksimal.

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan pasar ekspor produk-produk dari Jakarta selama ini sangat tergantung dengan kondisi ekonomi dan politik negara tujuan.

"Maka dari itu kami meminta perwakilan-perwakilan pemerintah di setiap negara melalui duta besarnya untuk gencar mempromosikan potensi produk ekspor Jakarta," ujarnya kepada Bisnis, Senin (17/4).

Sarman mengatakan beberapa negara di Timur Tengah saat ini masih belum stabil akibat adanya perselisihan yang berdampak terhadap pasar ekspor produk-produk DKI Jakarta. Hal tersebut, kata dia, mempengaruhi demand yang selama ini menjadi pasar tujuan.

Sementara itu, pihaknya saat ini lebih membuka diri untuk membidik pasar Eropa dan Amerika untuk memasarkan produk-produk yang dihasilkan para pelaku usaha di Jakarta seiring ekonomi di negara-negara terus sudah mulai membaik.

"Untuk lebih meningkatkan persaingan, kami akan terus berupaya untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas produk ekspor termasuk harga agar negara tujuan bisa menerima lebih banyak barang-barang dari Indonesia terutama Jakarta," katanya.

Dia menambahkan, pihaknya akan bersinergi dengan pemerintah untuk sama-sama melakukan promosi‎ potensi produk ekspor Jakarta bisa lebih bersaing dan diterima di pasar internasional.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat nilai ekspor produk DKI sepanjang Maret 2017 mencapai‎ US$804,20 juta atau lebih rendah 14,72% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.

Kepala BPS DKI Jakarta Thoman Pardosi mengatakan jika penurunan nilai ekspor tersebut tidak diantisipasi, maka kemungkinan penurunan tersebut akan berlanjut hingga tahun depan.

"Indikasinya jika terus menurun maka ekspor di Jakarta hingga akhir tahun akan turun. Bisa sampai 10% turunnya dengan melihat statistik yang ada," paparnya.

Dia mengatakan sepanjang Maret 2017 pasar utama produk ekspor DKI Jakarta yakni kawasan Asean yang mencapai 38,40% atau turun 3,18 poin dari market share pada bulan sebelumnya yang mencapai 41,58% dan juga lebih rendah dibanding Maret tahun sebelumnya yang mencapai 44,73%.

Adapun, produk ekspor tertinggi Jakarta ke negara tujuan antara lain perhiasan, kendaraan, pakaian jadi, ikan dan udang, mesin, barang rajutan, tembaga, produk kimia serta sabun dan pembersih.

Sementara negara tujuan ekspor produk yang dihasilkan pelaku usaha antara lain Singapura, Filipina, Malaysia, Thailand, Vietnam, Tiongkok, Hongkong, Jepang, India, Korea, Australia dan Amerika.

Namun, kata dia, secara month to month, nilai ekspor produk DKI sepanjang Maret tahun ini mengalami kenaikan 11,42% dibandingkan pada Februari 2017‎ yang mencapai US$721,78 juta.

"Hampir semua komoditi unggulan ekspor produk DKI mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya kecuali produk perhiasan permata yang turun US$20,88 juta," paparnya.

Pada kesempatan terpisah, Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar mencatat neraca ekspor Jabar pada Februari 2017 lalu mengalami surplus sebesar US$1,30 miliar. Surplus itu tercatat berasal dari komoditi non migas sebesar US$1,44 miliar, sedangkan komoditi migas mengalami minus sebesar US$137,45 juta.

Kepala BPS Jabar, Dodi Herlando mengatakan, Jabar memiliki 13 mitra dagang ekspor dan impor dimana 10 negara surplus tapi 3 defisit. Tiga negara defisit perdagangan dengan Jabar antara lain Tiongkok, Korea Selatan dan Taiwan.

Dia menyebutkan, ekspor Jawa Barat Februari 2017 turun 3,89% dibanding Januari 2017 dari US$2,30 miliar menjadi US$2,21 miliar. Penurunan utamanya disebabkan ekspor migas yang turun sebesar 35,18% dari US$35,08 juta menjadi US$22,74 juta. Sedangkan ekspor non migas turun sebesar 3,40% dari US$2,26 miliar menjadi US$2,18 miliar.

Dilihat dari struktur ekspor Jawa Barat Februari 2017, peranan ekspor non migas mendominasi dengan kontribusi sebesar 98,72 persen terhadap total nilai ekspor dan ekspor migas hanya berperan sekitar 1,28%.

Dalam kurun waktu 13 bulan terakhir, nilai ekspor nonmigas mencapai titik terendah pada Juli 2016 senilai USD1,52 milyar sedangkan ekspor tertinggi tercatat pada Juni 2016 dengan nilai US$2,43 miliar. Sementara itunilai ekspor migas terendah sebesar USD 10,53 juta terjadi pada November 2016 dan tertinggi senilai USD 72,37 juta terjadi pada Maret 2016.

"Pangsa pasar terbesar ekspor non migas Jawa Barat pada Februari 2017 masih dikuasai tiga negara: Amerika Serikat, Jepang dan Thailand dengan peranan ketiganya mencapai 35,91%," ucapnya.

Nilai ekspor nonmigas Februari 2017 ke berbagai negara tujuan utama mengalami penurunan sebesar 5,81% dibandingkan bulan sebelumnya. Namun masih lebih tinggi 7,21% dibanding Februari tahun sebelumnya.

Dari 13 negara mitra utama, kenaikan terjadi hanya pada dua negara, yaitu Malaysia (2,00%), dan Korea Selatan (5,20%), sedangkan ekspor ke negara lainnya mengalami penurunan. Kontribusi dari total nilai ekspor 13 negara mitra utama mencapai 61,55% terhadap total nilai ekspor nonmigas 2017.

Ekspor Jawa Barat pada Februari sangat ditunjang oleh ekspor nonmigas terutama dari Sektor Industri Pengolahan. Dibanding bulan sebelumnya, komponen sektor migas mengalami penurunan sebesar 35,18%, sedangkan sektor nonmigas turun sebesar 3,40%.

Ekspor produk pertanian mengalami penurunan sebesar 7,03%, demikian juga sektor industri pengolahan yang turun 3,38%, serta sektor Pertambangan dan lainnya turun 3,38%. Secara year on year hanya komoditas hasil sektor Industri yang tumbuh positif, selain itu mengalami penurunan.

Struktur ekspor Jawa Barat Februari tahun 2017 didominasi oleh komoditas hasil Sektor Industri Pengolahan sebesar 98,72%, diikuti oleh Sektor Migas sebesar 1,28%, Sektor Pertanian sebesar 0,63% serta Sektor Pertambangan dan Lainnya sebesar 0,02 %.

Volume ekspor pada Februari 2017, mengalami penurunan sebesar 8,75% dari bulan sebelumnya dengan besaran mencapai 0,62 juta ton dari sebelumnya sebanyak 0,67 juta Ton. Hal ini disebabkan oleh turunnya volume ekspor migas yang mencapai 34,88 persen dan penurunan volume ekspor non migas sebesar 4,22%. Kontribusi volume ekspor migas mencapai 12,75%, dan volume ekspor non migas sebesar 87,25%.

"Nilai ekspor 10 golongan barang utama Februari 2017 tercatat senilai USD 1,62 miliar, turun 2,80% dibanding Januari 2017. Meski secara umum turun, dimana terdapat 4 kelompok barang yang mengalami kenaikan, yaitu kendaraan dan bagiannya (3,66%), Karet dan Barang dari Karet (2,76%), Filamen Buatan (2,26%), dan Mesin/Pesawat Mekanik (1,28%). Sedangkan enam kelompok lainnya mengalami penurunan," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper