Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gaet Milenialis, Penyelenggara Jaminan Sosial Dunia Dituntut Lebih Kreatif

Munculnya pekerja muda yang tergolong generasi milenial menjadi tantangan tersendiri bagi penyelenggara jaminan sosial di dunia.
Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Agus Susanto saat mendengarkan pertanyaan anggota Komisi IX dalam Rapat Dengar Pendapat di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (21/3)./Antara-Puspa Perwitasari
Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Agus Susanto saat mendengarkan pertanyaan anggota Komisi IX dalam Rapat Dengar Pendapat di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (21/3)./Antara-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, STOCKHOLM - Munculnya pekerja muda yang tergolong generasi milenial menjadi tantangan tersendiri bagi penyelenggara jaminan sosial di dunia.

Para Milenialis ini, yang merupakan kelahiran sekitar tahun 1980 - 1995, memiliki cara pandang tersendiri dalam dunia kerja, termasuk dalam hal perlindungan jaminan kecelakaan kerja.

Hal itu menjadi pembicaraan pada forum internasional European Forum bertema "Sustainable Working Life" di Stockholm, Swedia (16/6/2017).

Seperti disampaikan BPJS Ketenagakerjaan dalam keterangan resminya, diterima Minggu (18/6/2017), kegiatan tersebut dihadiri perwakilan dari seluruh negara penyelenggara jaminan kecelakaan, termasuk Indonesia.

Gaet Milenialis, Penyelenggara Jaminan Sosial Dunia Dituntut Lebih Kreatif
Dirut BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto saat memberikan presentasi di Swedia/Istimewa

Pada forum yang membahas tantangan terkini termasuk perlindungan pekerja generasi milenial tersebut, Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan, Agus Susanto diundang sebagai pembicara.

Agus adalah Chairman dari Asian Workers Compensation Forum (AWCF), organisasi penyelenggara jaminan kecelakaan kerja kawasan Asia.

Dalam paparannya, Agus menyebutkan, pekerja Milenialis Asia berpotensi menjadi motor penggerak perekonomian dan sekaligus bonus demografi yang krusial untuk perkembangan Asia ke depan.

Keikutsertaan mereka pada jaminan sosial akan mempengaruhi kesejahteraan dan masa depan perekonomian Asia.

Namun Agus menyayangkan, walau populasi pekerja milenialis di Asia berkembang pesat, perkembangan perlindungan jaminan sosial kepada mereka masih rendah, tertinggal dari kawasan Barat.

Karena itu para penyelenggara jaminan sosial harus berusaha menarik mereka ke dalam sistem jaminan sosial, tentunya dengan pendekatan yang sesuai dengan cara hidup dan kebutuhan mereka.

Semua ini dilakukan agar Milenialis menyadari urgensi dari perlindungan jaminan sosial dalam kehidupan mereka.

"Untuk mendekati para milenialis ini, kita harus lebih kreatif dan menyesuaikan dengan dunia mereka. Media digital dan sosial media menjadi prioritas dalam edukasi kepada generasi ini. Sajikan informasi yang tepat untuk membuka mata dan menyajikan transparansi pada mereka. Bahkan kami sudah mengembangkan aplikasi yang dapat diakses para Milenialis melalui smartphone mereka kapan saja” jelas Agus.

Agus juga menjelaskan pendekatan yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan antara lain berupa penyediaan manfaat-manfaat yang sesuai dengan kebutuhan pekerja Milenialis yang masih produktif bekerja, di luar manfaat jaminan sosial itu sendiri. Manfaat tersebut terutama bertujuan mengurangi beban hidup mereka untuk kebutuhan pokok seperti pangan dan perumahan.

Kepada peserta forum, Agus memperkenalkan manfaat keseharian dalam bentuk pemberian diskon bagi para Milenialis yang berbelanja di mitra kerjasama.

Saat ini lebih dari 500 mitra telah bekerjasama dalam program ini, dan akan terus bertambah. Juga manfaat pembiayaan kepemilikan rumah pertama yang murah dengan dukungan dari mitra perbankan.

Semua ini dikembangkan BPJS Ketenagakerjaan, sebagai salah satu bentuk daya tarik bagi pekerja Milenialis, agar mereka mau bergabung dalam sistem jaminan sosial.

Agus juga mengingatkan peserta forum, untuk tidak melupakan para pekerja Milenialis yang berpenghasilan rendah.

BPJS Ketenagakerjaan juga memperkenalkan sistem crowdfunding untuk donasi pembayaran iuran para pekerja tidak mampu sebagai bentuk intervensi sosial sampai mereka mandiri, melalui Gerakan Nasional Peduli Perlindungan Pekerja Rentan (GN Lingkaran).

“Semoga program-program yang kami aplikasikan di Indonesia untuk pekerja Milenialis, dapat menjadi inspirasi bagi negara lain. Kami juga banyak belajar dari inovasi negara lain untuk meningkatkan kepesertaan dan pelayanan kepada seluruh pekerja, termasuk Milenialis,” ujar Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Saeno
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper