Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Malaysia Turun 14,8%, Harga CPO Merosot 1%

Harga minyak kelapa sawit atau CPO mengalami pelemahan setelah pasar merespons data ekspor Malaysia yang mengalami penurunan.
Tandan buah segar/Bisnis.com
Tandan buah segar/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak kelapa sawit atau CPO mengalami pelemahan setelah pasar merespons data ekspor Malaysia yang mengalami penurunan.

Pada perdagangan Selasa (20/6/2017) pukul 11.29 WIB atau jeda siang, harga CPO kontrak September 2017 di bursa Malaysia menurun 25 poin atau 1% menuju 2.463 ringgit (US$575,20) per ton. Harga merosot setelah reli 4 sesi berturut-turut. Sepanjang tahun berjalan harga CPO sudah terkoreksi 18,92%.

Derivatives Specialist Phillip Futures David Ng menyampaikan harga CPO melemah karena ekspektasi merosotnya ekspor Malaysia, sebagai produsen kedua terbesar di dunia.

Berdasarkan data Intertek Testing Services, pengapalan CPO keluar negeri pada 1 Juni – 20 Juni 2017 merosot 14,8% month on month (mom) menjadi 721.020 ton dari 1 Mei – 20 Mei 2017 sejumlah 846.705 ton.

“Pelemahan ekspor melemahkan harga CPO, di samping penurunan harga minyak kedelai,” tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (20/6/2017).

Pada perdagangan hari ini pukul 11.53 WIB, harga minyak kedelai kontrak Desember 2017 di Chicago Board of Trade (CBOT) turun 0,15% menjadi US$33,35 sen per bushel.

Beberapa waktu lalu, Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim menyampaikan harga CPO cenderung bergerak melandai pada pekan ini akibat berkurangnya permintaan. Biasanya negara-negara konsumen terbesar sudah melakukan penyetokan dua minggu sebelum Lebaran, yang tahun ini jatuh pada tanggal 25 Juni 2017.

Selain itu, pergerakan bursa berjangka yang didominasi oleh spekulan biasanya cenderung sepi menjelang libur panjang. Apalagi bursa utama yang menjadi patokan global berada di Malaysia yang mayoritas memiliki penduduk muslim, sehingga lebih menyibukkan diri untuk perayaan Idul Fitri.

“Pekan ini pasar tampaknya cederung melakukan profit taking. Harga diperkirakan cenderung melandai dengan proyeksi bergerak di dalam rentang 2.420-2.490 ringgit per ton," paparnya kepada Bisnis.com, Minggu (18/6/2017).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper