Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

TOL LAUT: Tingkat Keterisian Muatan Meningkat

PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni mencatat tingkat keterisian muatan load factor rata-rata 88% untuk lima rute tol laut dalam tujuh bulan 2017. Angka tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan posisi 2016 sebesar 80%.
Kapal Penumpang Pelni Ciremai/kapal-penumpang-pelni.blogspot.co.id
Kapal Penumpang Pelni Ciremai/kapal-penumpang-pelni.blogspot.co.id

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni mencatat tingkat keterisian muatan load factor rata-rata 88% untuk lima rute tol laut dalam tujuh bulan 2017. Angka tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan posisi 2016 sebesar 80%.

Berdasarkan data Pelni yang dikutip Bisnis.com, Selasa (25/7/2017), rata-rata realisasi muatan lima armada Pelni yang melayani lima rute mencapai 505 TEUs. Rute T-13 sejauh ini menjadi rute dengan load factor tertinggi sebesar 127%. KM Freedom yang melayani rute ini berlayar dengan rute Tanjung Perak – Wanci – Namlea – Fak Fak – Kaimana – Timika.

Selain KM Freedom, KM Caraka Niaga III-22 tercatat memiliki load factor tinggi sebesar 112%. Kapal berkapasitas 115 TEUs itu menjejalah Tanjung Perak – Larantuka- Lewoleba – Rote – Sabu –Waingapu pulang pergi selama 25 hari perjalanan pulang-pergi (voyage).

Sementara itu, KM Mentari Perdana dan KM Caraka Niaga III-32 mencatat load factor masing-masing 73% dan 78%. KM Mentari Perdana berlayar dari Tanjung Perak hingga Merauke dan singah di pelabuha Kalabahi, Moa, Saumlaki dan Dobo. Adapun, KM Caraka Niaga III-32 berlayar dari Makassar ke Tahuna sebelum berlabuh di Morotai.

Di luar lima rute tol laut, rute tol laut yang paling anyar, yakni Tanjung Priok--Natuna masih mencatat load factor rendah sebesar 16%. Rute ini dilayani oleh KM Caraka Jaya Niaga III-4 yang memiliki kapasitas 2.400 ton.

Direktur Angkutan Barang & Tol Laut Pelni, Harry Boediarto, mengatakan perseroan berencana menambah fitur pendingin pada armada yang melayani tol laut guna mendongkrak kargo balik atau return cargo. Teknologi pendingin menurut Harry memungkinkan kualitas hasil bumi, perikanan, maupun produk industri bisa terjaga dalam waktu panjang.

Dia menggambarkan, hasil perikanan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) berpeluang mendapat nilai tambah yang lebih tinggi bila diangkut dalam keadaan segar ke Pulau Jawa. Sebaliknya, kualitas produksi hasil industri dari Jawa seperti produk farmasi juga akan lebih terjaga dengan teknologi pendingin ini.

"Kuncinya di teknologi. Bagaiamana barang itu tetap fresh ini gak ada yang melakukan. Maka kami akan mulai apa yang disebut supply cold chain ini," jelasnya kepada Bisnis.com.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rivki Maulana

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper