Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

2018, Harga Batu Bara dan CPO Masih Berpeluang Menguat

Kendati mengalami penambahan produksi, harga komoditas ekspor andalan Indonesia seperti batu bara dan minyak kelapa sawit atau CPO diprediksi masih berpotensi menguat sampai tahun depan.
Tempat penampungan batu bara./Bloomberg-Andrew Harrer
Tempat penampungan batu bara./Bloomberg-Andrew Harrer

Bisnis.com, JAKARTA—Kendati mengalami penambahan produksi, harga komoditas ekspor andalan Indonesia seperti batu bara dan minyak kelapa sawit atau CPO diprediksi masih berpotensi menguat sampai tahun depan.

Direktur Utama PT Garuda Ibrahim menyampaikan, China masih menjadi aktor utama yang menggerakkan harga batu bara. Harga berpeluang memanas seiring dengan ekspansi pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

Dalam waktu dekat, memang ada kekhawatiran prospek penambahan suplai batu bara dari Negeri Panda. National Development and Reform Commission (NDRC) akan mengadakan pertemuan dengan sejumlah produsen batu hitam agar meningkatkan produksinya.

Peningkatan suplai dibutuhkan untuk mengantisipasi puncak konsumsi pada musim panas yang berlangsung bulan Juli—Agustus 2017. Saat musim panas, pemakaian mesin pendingin meningkat, sehingga memerlukan lebih banyak tenaga listrik.

Selain itu, musim dingin yang terjadi pada Desember 2017—Maret 2018 bakal menaikkan sisi konsumsi. Oleh karena itu, harga batu bara diperkirakan stabil di level US$80-an per ton sampai akhir tahun ayam api.

Pada penutupan perdagangan Rabu (26/7), harga batu bara Newcastle kontrak Oktober 2017 turun 0,85 poin atau 1,02% menuju US$82,50 per ton. Sepanjang 2017, harga meningkat 8,51%.

Tahun lalu, harga mencapai titik terendah US$41,35 per ton pada 18 Januari 2016, dan level tertinggi US$100 per ton pada 11 November 2016. Sepanjang tahun kemarin, harga melonjak 101,87%.

Adapun pada 2018, harga batu bara diperkirakan masih stabil bergerak di kisaran US$70—US$90 per ton. Walaupun demikian, ada kemungkinan impor China menurun karena meningkatnya produksi di dalam negeri, sehingga memberikan sentiment negatif.

“Memang pasar lebih melihat perdagangan secara global, terutama pengiriman ke China. Namun, kondisi menurunnya impor China dapat diatasi dengan peningkatan konsumsi domestik di negara-negara eksportir utama, seperti Indonesia dan Australia,” ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (27/7/2017).

Di tempat lain, Amerika Serikat sebagai salah satu konsumen terbesar batu bara bakal meningkatkan permintaan seiring dengan meningkatnya aktivitas industri. Apalagi Presiden Donald Trump sudah menarik AS dari perjanjian iklim Paris.

Selain faktor fundamental, sentimen lain yang memengaruhi harga batu bara ialah proyeksi pengetatan moneter Federal Reserve melalui penaikkan suku bunga pada 2018. Faktor itu membuat greenback melambung dan menekan permintaan komoditas berdenominasi dolar.

Sementara itu, untuk komoditas CPO, prospek membaiknya cuaca menumbuhkan optimisme meningkatnya produksi di Indonesia dan Malaysia hingga akhir 2017 dan 2018. Kondisi ini berkebalikan dari tahun lalu ketika perkebunan mengalami masalah pasokan akibat cuaca ekstrim.

Namun, bertumbuhnya pasokan dapat diatasi dengan memacu konsumsi domestik. Indonesia dan Malaysia, sambung Ibrahim, dapat menggalakkan lagi pengolahan CPO untuk bahan bakar avtur. Pada tahun depan, dia memprediksi harga CPO akan bergerak di dalam rentang 2.400 ringgit—3.000 ringgit per ton.

Pada perdagangan Kamis (27/7), harga CPO di bursa Malaysia kontrak teraktif Oktober 2017 naik 48 poin atau 1,87% menuju 2.677 ringgit (US$625,75) per ton. Namun, sepanjang tahun berjalan harga masih terkoreksi 16,35%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper