Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada bulan Juli 2017 mengalami defisit US$270 juta.
Adapun rincian defisit tersebut berasal dari nilai ekspor US$13,62 miliar dan impor US$13,89 miliar.
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan defisit ini lebih mengambarkan pergerakan bulanan, biasanya kita surplus.
"Defisit ini terjadi karena defisit ekspor migas US$604 juta," ujar Kepala BPS, Selasa (15/8).
Defisit ini juga dipicu oleh tingginya impor bahan baku dan barang modal pada Juli.
Nilai ekspor pada Juli ini mencapai US$13,62 atau naik 16,63% dibanding Juni 2017. Adapun, industri pengolahan menyumbang nilai ekspor terbesar hingga US$10,24 miliar, disusul oleh pertambangan dan lainnya sebesar US$1,88 miliar.
Secara kumulatif, total ekspor Januari-Juli 2017 meningkat 17,32% menjadi US$93,6 miliar dari US$79,8 miliar. Pangsa ekspor Indonesia pada Juli 2017 masih didominasi oleh China sebesar US$10,73 miliar atau 12,65%, diikuti oleh AS sebesar US$9,76 atau 11,51% dan Jepang US$8,02 miliar atau 9,46%.
Sementara itu, nilai impor juga mengalami peningkatan menjadi US$13,89 atau naik 39% dari Juni 2017. Sementara itu, perolehan tersebut juga meningkat tajam dari periode yang sama tahun lalu sebesar 54,02% dari US$9,02.
Impor bulan Juli ini didominasi oleh bahan baku/ penolong sebesar US$10,43% atau naik 40,79% dibandingkan bulan sebelumnya. Selain itu, impor barang modal mencapai US$2,36 miliar atau naik 62,57% dari Juni 2017 dan konsumsi US$1,09 atau turun -3,15% dari bulan sebelumnya.
Pangsa impor Indonesia masih didominasi oleh China sebesar US$18,82 miliar atau 25,84%, diikuti oleh Jepang US$18,31 miliar atau 11,41% dan Thailand sebesar US$5,33 miliar atau 7,32%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel