Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

TATA NIAGA BERAS: Pembahasan HET Masih Berlanjut

Pembahasan harga eceran tertinggi untuk beras premium dan beras medium masih bakal berlanjut pada pekan ini setelah belum adanya titik temu antara usulan pemerintah, peritel modern, serta pedagang beras
Pedagang merapikan beras dagangannya di Pasar Raya, Salatiga, Jawa Tengah/Antara
Pedagang merapikan beras dagangannya di Pasar Raya, Salatiga, Jawa Tengah/Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Pembahasan harga eceran tertinggi untuk beras premium dan beras medium masih bakal berlanjut pada pekan ini setelah belum adanya titik temu antara usulan pemerintah, peritel modern, serta pedagang beras.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan pembahasan harga eceran tertinggi (HET) yang dilakukan dengan para pemangku kepentingan perberasan belum selesai. Dia menepis bahwa proses pembahasan berlangsung alot.

"Enggak alot cuma belum putus saja,” ujarnya kepada Bisnis..

Para pemangku kepentingan dan distributor beras melakukan rapat di kantor Kementerian Perdagangan, di Jakarta, Jumat (18/7). Pertemuan tersebut merupakan lanjutan dari kegiatan serupa yang dilakukan dengan perwakilan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo)

Ketua Umum Aprindo Roy Mandey menjelaskan pertemuan yang berlangsung hingga malam tersebut belum memberikan hasil. Pembahasan akan diteruskan pada minggu depan. 

Dia berharap pembahasan harga beras dapat segera diselesaikan. Saat ini, para pemasok beras ke ritel modern bahkan meminta pemerintah agar menentukan terlebih dulu harga di tingkat hulu atau petani.

“Jadi kita meminta harga yang diusulkan oleh pemerintah bukan merupakan HET karena kalau sudah merupakan HET berarti kita tidak diberikan kesempatan untuk memperhitungkan marjin kita dulu,” paparnya.

Roy menilai sulit jika diberlakukan satu harga untuk beras premium yang dijual di ritel modern. Pasalnya, jenis yang dijual oleh para pedagang pun beragam.

Harga beras, sambungnya, bergantung pada merek dan distributor. Kisaran harga yang dibanderol beragam misalnya Rp20.000 per kilogram (kg).

“Ya kita berharap sih tidak satu harga karena konsumen kita ada yang mampu bayar dan ada yang sudah biasa bayar,” imbuhnya.

Ketua Bidang Tanaman Pangan Kontak Tani dan Nelayan Andalan Indonesia (KTNA) Fajar Pamuji sebelumnya mengungkapkan telah terjadi harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen di tingkat petani naik dari Rp3.700 per kg menjadi Rp4.070 per kg. Sementara, harga gabah kering giling (GKG) naik dari Rp4.600 per kg menjadi Rp5.060 per kg.

Dia menyebut telah mendapatkan informasi bahwa HET beras medium diusulkan pemerintah Rp9.000 per kilogram dan premium sebesar Rp11.500 per kilogram. Beleid tersebut menurutnya bakal berlaku mulai September 2017.

“Diinformasikan [Kementan] kepada petani bagi yang ingin mempunyai stok pangan apapun diperbolehkan asalkan gudangnya harus didaftarkan ke Kementerian Perdagangan,” ujarnya.

 Besaran harga tersebut menurutnya lebih baik dibandingkan dengan ketetapan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 27 Tahun 2017 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen.

 Fajar sebelumnya meminta harga beras di tingkat petani dipatok dengan besaran harga Rp7.000 per kg hingga Rp8.000 per kg. Dia menyatakan akan mengapresiasi pemerintah jika mampu menerapkan HET untuk komoditas beras. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper