Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Deflasi di Perdesaan Kerek Nilai Tukar Petani

Rendahnya inflasi di tingkat perdesaan dibandingkan dengan inflasi secara nasional pada Agustus 2017 mengerek nilai tukar petani.
Buruh tani menyiram tanaman bawang merah di Tegal, Jawa Tengah, Rabu (2/8)./ANTARA-Oky Lukmansyah
Buruh tani menyiram tanaman bawang merah di Tegal, Jawa Tengah, Rabu (2/8)./ANTARA-Oky Lukmansyah

Bisnis.com, JAKARTA – Rendahnya inflasi di tingkat perdesaan dibandingkan dengan inflasi secara nasional pada Agustus 2017 mengerek nilai tukar petani.

Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Senin, (4/9/2017), nilai tukar petani (NTP) pada bulan lalu mencapai 101,60, atau naik 0,94% dibandingkan dengan capaian bulan sebelumnya 100,65.

Performa itu ditopang oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) yang mencapai 130,31, naik 0,92% dibandingkan posisi Juli 2017 sebesar 129,12. Pada saat yang bersamaan, indek harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 128,25, turun 0,02% dari 128,28.

Pada bulan lalu, masih dalam rilis data tersebut, terjadi deflasi di pedesaan sebesar 0,12% karena turunnya indeks kelompok bahan makanan. Angka tersebut lebih besar dari deflasi secara nasional sebesar 0,07%.

Seperti diketahui, NTP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. NTP di bawah 100 menunjukkan indeks harga yang diterima lebih rendah dari indeks harga yang dibayar. NTP dengan sendirinya adalah indikator daya beli sekaligus tingkat kesejahteraan petani.

Deflasi yang cukup besar terjadi di pedesaan tersebut membuat nilai tukar usaha rumah tangga pertanian (NTUP) nasional pada Agustus 2017 sebesar 110,61, naik 0,78% dibandingkan posisi bulan sebelumnya 109,75.

NTUP diperoleh dengan mengeluarkan indeks konsumsi rumah tangga seperti bahan makanan, makanan jadi, perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, rekreasi, olah raga, dan transportasi. NTUP sejatinya lebih menggambarkan keperluan dan kemampuan murni untuk berproduksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper