Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nelayan Demak Belum Nyaman Gunakan Elpiji

Nelayan di Demak, Jawa Tengah, masih belum terbiasa menggunakan elpiji untuk menghidupkan mesin kapal. Mereka khawatir pengoperasian yang salah bisa menimbulkan ledakan.
Nelayan menjaring ikan di tambak Desa Polagan, Galis, Pamekasan, Jatim, Kamis (13/7)./ANTARA-Saiful Bahri
Nelayan menjaring ikan di tambak Desa Polagan, Galis, Pamekasan, Jatim, Kamis (13/7)./ANTARA-Saiful Bahri

Bisnis.com, DEMAK -- Nelayan di Demak, Jawa Tengah, masih belum terbiasa menggunakan elpiji untuk menghidupkan mesin kapal. Mereka khawatir pengoperasian yang salah bisa menimbulkan ledakan.

Rekwan, nelayan asal Desa Betahwalang, Bonang, Demak, menuturkan, pengoperasian mesin kapal menggunakan tabung gas cukup rumit.

"Masalahnya itu gas, mudah meledak. Salah sedikit, bahaya," katanya saat ditemui di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Morodemak, Kamis (7/9/2017).

Kebiasaan merokok saat melaut pun sulit dihindari. Ahmad Abdullah, nelayan asal desa yang sama, sulit untuk tak cemas saat dirinya merokok. Dia khawatir gas dari tabung menyambar api.

Rekwan dan Ahmad adalah dua dari 513 nelayan Kota Wali yang menerima bantuan paket perdana konversi BBM ke elpiji tahun ini untuk nelayan kecil ukuran kapal 5 gros ton. Tahun lalu, Demak mendapat alokasi 400 paket. Paket itu berisi dua tabung elpiji 3 kg dan konverter kit untuk mengubah sistem bahan bakar mesin kapal dari yang tadinya menggunakan bensin menjadi elpiji.

Sejauh ini, keduanya masih membuktikan apakah melaut menggunakan elpiji lebih hemat daripada bensin.

"Belum bisa dihitung. Kita tunggu beberapa hari lagi," kata Rekwan yang baru menggunakan bantuan kemarin, Rabu (6/9/2017).

Rekwan yang turun ke laut sejak 1973 itu mengeluarkan biaya perbekalan Rp30.000 untuk bensin, makanan, dan rokok. Melaut selama 9 jam mulai pukul 07.00 hingga 16.00 (one day fishing), Rekwan membutuhkan tiga liter bensin yang ditebus Rp8.500 per liter dari pengecer.

Sementara, Ahmad membutuhkan dua liter pertalite untuk sehari melaut. Dia membelinya Rp9.500 per liter dari pengecer.

Adapun harga elpiji tabung 3 kg Rp19.000 per tabung di pengecer. Untuk mengoperasikan mesin kapal bertenaga 9 PK, dibutuhkan dua tabung.

Dalam hitungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, pengeluaran nelayan untuk bahan bakar dapat dihemat Rp30,8 juta per tahun jika menggunakan elpiji.

Hitungannya, pengeluaran Rp49,4 juta per tahun jika menggunakan bensin dengan asumsi harga bensin Rp6.450 per liter dan kebutuhan 21 liter untuk 10 jam melaut per hari. Jika menggunakan elpiji, pengeluaran nelayan Rp18,6 juta per tahun dengan asumsi harga elpiji subsidi Rp17.000 per 3 kg.

Kalaupun menggunakan elpiji nonsubsidi, biaya melaut tetap lebih murah. Dengan asumsi harga elpiji Rp34.000 per 3 kg, biaya melaut Rp37,2 juta per tahun alias hemat Rp12,2 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper