Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bulog Evaluasi Proyek Pakan Ternak Kita

Pakan Ternak Kita dirintis guna menyediakan pakan ternak murah bagi peternak broiler maupun layer karena memberikan selisih harga hingga Rp600 per kg dari harga di pabrik pakan.
Petani memanen jagung untuk pakan ternak ayam di Dusun Guha, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Selasa (18/7)./ANTARA-Adeng Bustomi
Petani memanen jagung untuk pakan ternak ayam di Dusun Guha, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Selasa (18/7)./ANTARA-Adeng Bustomi

JAKARTA - Perum Bulog masih melakukan evaluasi terhadap proyek Pakan Ternak Kita yang dalam pelaksanaannya menggandeng CV Cipta Cahaya Perwiratama untuk mengolah jagung menjadi pakan ternak.

Direktur Komersial Perum Bulog Febriyanto menyampaikan produksi Pakan Ternak Kita sementara berhenti. Saat ini, Bulog masih mengevaluasi apakah proyek Pakan Ternak Kita menguntungkan atau tidak.

"Kita setop dulu. Dievaluasi bagus atau tidak. Akan diteruskan atau tidak. Akan lebih menguntungkan jual pipilan atau pakan," tuturnya di sela-sela kegiatan diskusi Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Pangan di kantor Perum Bulog, Jumat (22/9).

Ujicoba Pakan Ternak Kita dilakukan mulai pertengahan Mei kemarin, yang pada tahap awal memanfaatkan jagung sisa impor di gudang Bulog sebesar 24.000 ton. Dari bahan baku tersebut menghasilkan jumlah pakan 45.000 ton.

Pakan Ternak Kita dirintis guna menyediakan pakan ternak murah bagi peternak broiler maupun layer karena memberikan selisih harga hingga Rp600 per kg dari harga di pabrik pakan.

Febri mengatakan tidak mudah meneruskan proyek Pakan Ternak Kita. Sebab, peternak tidak dapat memenuhi ketentuan Bulog yang hanya menerima pembayaran tunai sebelum pakan dikirim.

"Terlalu rumit. Skema Bulog cash before delivery, sementara peternak minta utang," imbuh dia.

Jumlah jagung sisa impor di gudang Bulog per 22 September 2017 sebesar 32.000 ton. Sementara, 10% dari stok di gudang atau 3.200 ton kondisinya sudah rusak.

Febri mengatakan jagung yang rusak tak dapat digunakan lagi sebagai pakan ternak. Kondisi yang rusak terjadi karena terlalu lama disimpan.

Diketahui, Bulog menerima penugasan impor jagung sebesar 200.000 ton. Jagung yang semula ditujukan untuk peternak UMKM ini, sudah mulai masuk ke gudang Bulog sejak Desember 2016. "10% sudah rusak. Sisanya masih bagus. Sudah kami cek," kata dia.

Bulog kini berharap pada feedmill agar dapat menyerap jagung sisa impor sebagai bahan baku pakan mereka. Selain itu, Bulog terus menjajaki kerjasama ke sejumlah Gapoktan maupun koperasi peternak.

Febri mengatakan sudah ada kesepakatan yang ditandatangani bersama antara Satgas Pangan dan asosiasi peternak bahwa jagung sisa impor ini dapat dijual ke feedmiil. Ini menjawab kekhawatiran Gabungan Perusahaan Makanan Ternak jika menyerap jagung yang semula ditujukan untuk UMKM itu.

"Kami mendorong agar feedmill mau bekerja sama, Mereka dapat membeli jagung di gudang Bulog, kemudian diproduksi untuk konsumsi peternak mandiri maupun koperasi. Tapi sampai sekarang belum ditindaklanjuti," imbuhnya.

Ketua Dewan Pembina Gopan Tri Hardiyanto berpendapat Bulog belum efektif mengendalikan harga jagung yang tinggi melebih harga acuan penjualan di konsumen Rp4.000 per kg. Jika pun stok jagung impor di gudang Bulog masih ada, maka jagung tidak lagi layak untuk pakan ternak.

"Perlu kebijakan pengendalian yang tepat. Apalagi bulan ini adalah panen jagung, tetapi harga sangat tinggi. Lalu bagaimana setelah Oktober?," katanya pekan lalu.  

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Rahayuningsih
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper