Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menperin Dukung Usulan Direct Flight Jakarta-Nagoya

Pemerintah sedang mendalami usulan Gubernur Prefektur Aichi, Jepang, Hideaki Ohmura untuk membuka penerbangan langsung antara Jakarta dan Nagoya.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memberikan sambutan dalam Indonesia Investment Business Forum di Nagoya, Prefektur Aichi, Jepang pada Kamis (19/10)/Ana Noviani
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memberikan sambutan dalam Indonesia Investment Business Forum di Nagoya, Prefektur Aichi, Jepang pada Kamis (19/10)/Ana Noviani

Bisnis.com, NAGOYA--Pemerintah sedang mendalami usulan Gubernur Prefektur Aichi, Jepang, Hideaki Ohmura untuk membuka penerbangan langsung antara Jakarta dan Nagoya.

"Usulan tersebut sedang kami bicarakan dengan perusahaan-perusahaan penerbangan, baik perusahaan pemerintah, BUMN, maupun swasta," ujar Menteri Perindustrian dalam sambutan Indonesia Investment Business Forum di Nagoya, Jepang, pekan lalu.

Menurutnya, akses penerbangan langsung antara Jakarta dan Nagoya berpotensi mendorong hubungan bisnis antara industri manufaktur di Jepang dengan Indonesia.

Pasalnya, Nagoya merupakan kawasan yang berkontribusi besar bagi industri manufaktur di Jepang dengan kluster industri otomotif dan komponennya, industri penerbangan, serta industri elektronik yang berkembang pesat.

Dalam kesempatan tersebut, Airlangga juga mengapresiasi rencana Nagoya Chamber of Commerce and Industry untuk membuka kantor perwakilan di Jakarta dalam waktu dekat. Langkah tersebut diyakini akan memfasilitasi hubungan bisnis antara pelaku industri dari kedua negara dengan lebih baik.

"Tadi malam [Kamis (19/10)] saya berdiskusi dengan Nagoya Chamber of Commerce berkomitmen mempermudah investasi maupun partnership di Indonesia," imbuh Airlangga.

Menperin memaparkan industri manufaktur bukan hal baru di Indonesia. Kontribusi industri terhadap PDB Indonesia mencapai lebih dari 20% sehingga Indonesia menduduki peringkat keempat setelah Korea Selatan (29%), Tiongkok (27%), dan Jerman (23%).

Apabila mengacu pada data UNIDO, lanjutnya, Indonesia masuk ranking kesembilan dalam manufacturing value added dengan nilai US$225 miliar.

"Kami punya value chain, market, dan punya kemampuan mengembangkan inovasi. Tinggal memperkuat struktur industri dengan kerjasama teknologi dan inovasi dengan negara-negara potensial, seperti Jepang," ucap Airlangga.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ana Noviani
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper