Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KONVERSI BBM: LPG untuk Kapal Musri

Matahari bergerak semakin tinggi ketika Musri (26) menambatkan perahunya di Pelabuhan Perikanan Pantai Morodemak, Jawa Tengah, Sabtu (22/10/2017). Sinarnya begitu terik dan membakar kulit, padahal waktu baru menunjukkan pukul 09.15 WIB.
Ilustrasi./Antara
Ilustrasi./Antara

Matahari bergerak semakin tinggi ketika Musri (26) menambatkan perahunya di Pelabuhan Perikanan Pantai Morodemak, Jawa Tengah, Sabtu (22/10/2017). Sinarnya begitu terik dan membakar kulit, padahal waktu baru menunjukkan pukul 09.15 WIB.

Musri tak membuang waktu. Begitu perahu tertambat, dengan cekatan ia merapikan hasil tangkapan. Beberapa pembeli sudah menunggu di pelabuhan untuk memborong hasil tangkapan. Setelah bernegosiasi sebentar, ia menemukan pembeli yang cocok, lalu menyerahkan hasil tangkapan.

“Sekarang musim sedang baik. Jumlah tangkapan lumayan bisa untuk hidup sehari-hari,” katanya pada Bisnis.

Dengan mesin kapal di bawah 5 Gross Tonnage (GT), Musri termasuk nelayan kecil, namun ia bukan pelaku kemarin sore. Ia sudah melaut semenjak kelas IV sekolah dasar. Bila cuaca sedang baik, ia dapat membawa pulang uang Rp100.000 setiap hari. Tetapi, bila musim sedang tidak menentu, Musri hanya membawa sedikit ikan.

“Adakala saya pulang tidak membawa ikan. Bukan kami yang memberi makan ikan di laut, jadi berapa dapatnya harus disyukuri,” ujarnya.

Hasil tangkapan yang tak menentu seringkali membuat Musri harus rela mendapat penghasilan tipis bahkan merugi. Apalagi, selama ini untuk sekali melaut ia membutuhkan 1-2 liter bahan bakar minyak (BBM) dengan biaya sekitar Rp8.000 per liter di pengecer jalanan .

Selain bahan bakar yang dipakai, ia juga menyediakan dalam jumlah yang sama dalam jeriken untuk persediaan. Sehingga, penyediaan BBM mencapai 70% biayanya melaut. Sisanya, 30% lainnya untuk umpan dan bekal makanan.

Tingginya komponen BBM ini pula yang akhirnya membuat bapak satu anak ini memutuskan mengajukan permohonan sebagai penerima bantuan converter kit mesin kapal berbahan bakar gas dari pemerintah yang disalurkan PT Pertamina (persero). Perubahan ini membuat ia hemat banyak untuk biaya bahan bakar.

Sebagai gambaran dengan satu tabung elpiji 3 kilogram seharga Rp18.000 – Rp23.000 di tingkat pengecer, Musri mengklaim bisa dipakai melaut sekitar 10 hari atau kira-kira Rp54.000-Rp69.000 per bulan. Jauh lebih hemat dibanding saat menggunakan BBM yang membutuhkan biaya Rp240.000 – Rp480.000 per bulan atau dengan kata lain terjadi penghematan 72%-86%.

“Dari segi biaya, jauh sekali perbedaan hematnya,” katanya. 

Hal yang sama juga dirasakan nelayan lain, Kodir (42). Bapak tiga putri ini juga memiliki mesin kapal berbahan bakar gas. Ia mengatakan selain penghematan signifikan dalam biaya transportasi, kapal dengan mesin gas juga tidak sebising saat menggunakan BBM. Ia bisa lebih tenang dan menikmati waktu saat berada di lautan.

Program konversi BBM menjadi gas di kalangan nelayan merupakan bagian dari peta jalan memperkuat ketahanan energi nasional. Selama ini Indonesia sangat tergantung dengan BBM, padahal di saat yang sama produksi minyak di dalam negeri terus menurun.

Dalam rencana umum energi nasional (RUEN), ketergantungan terhadap minyak bumi ditargetkan kurang dari 20% pada 2025. Saat yang sama peranan gas bumi meningkat menjadi 30% terhadap konsumsi energi nasional.  

Konversi energi bagi nelayan kecil itu dimulai dengan terbitnya Perpres No.126/2015 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Penetapan Harga LPG Bagi Kapal Perikanan untuk Nelayan Kecil. Dalam turunan aturan itu, Pemerintah menugaskan Pertamina menjadi garda terdepan dengan peran penyediaan dan pendistribusian liquid petroleum gas (LPG) 3 kg kepada nelayan.

GM PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region IV Jawa Tengah & Daerah Istimewa Yogyakarta (MOR IV Jateng & DIY) Ibnu Chouldum mengatakan upaya peningkatan penggunaan gas sebagai pengganti BBM terus dilakukan. Selain upaya konversi, pihaknya juga menjamin ketersediaan.

Masyarakat Jawa Tengah dan DIY baik rumah tangga maupun usaha mikro termasuk nelayan tidak perlu takut dengan isu keterbatasan ketersediaan gas. Pihak MOR IV, katanya, terus memastikan pasokan agar tidak terjadi kelangkaan. Bahkan jika memperoleh informasi adanya kelangkaan, maka perusahaan akan melakukan intervensi ke tengah masyarakat dengan operasi pasar. 

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Archandra Tahar menyatakan pemerintah fokus mendorong konversi energi dari BBM ke gas termasuk untuk kalangan nelayan. Dia mengatakan dengan program konversi ini maka dapat diperoleh dua manfaat sekaligus yakni memperkuat ekonomi nelayan serta meningkatkan ketahanan energi nasional. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper