Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Kaltim Oktober 2017 Makin Terkendali

Pada bulan Oktober 2017, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) mengalami deflasi sebesar -0,19% (mtm), lebih dalam dari bulan September 2017 yang mencapai -0,01% (mtm).
Pasar Tradisional. /Antara
Pasar Tradisional. /Antara

Bisnis.com, SAMARINDA - Pada bulan Oktober 2017, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) mengalami deflasi sebesar -0,19% (mtm), lebih dalam dari bulan September 2017 yang mencapai -0,01% (mtm). Di sisi lain, secara nasional inflasi sebesar 0,001% (mtm).

“Penyebab terjadinyavdeflasi utamanya adalah kelompok bahan makanan yang memiliki andil sebesar -0,301% dimana laju deflasi tersebut tertahan oleh inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar dengan andil sebesar 0,072%,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Timur, Sithowati Sandrarini, Rabu (1/11/2017).

Sithowati menjelaskan inflasi Kaltim bila dihitung secara tahunan mengalami penurunan dari 3,65% (yoy) pada September 2017 menjadi 3,54% (yoy) pada Oktober 2017. Serupa dengan bulan sebelumnya, capaian inflasi tahunan Kaltim masih lebih rendah dari inflasi tahunan nasional yang mencapai 3,58% (yoy).

“Inflasi Kaltim secara perhitungan tahun kalender (Januari – Oktober 2017) tercatat sebesar 2,26% (ytd),” jelas Sithowati.

Berdasarkan kota pembentuknya, deflasi yang terjadi di Kaltim dipengaruhi oleh deflasi kota Samarinda sebesar -0,17% (mtm) atau 4,25% (yoy) dimana kota Balikpapan mengalami deflasi sebesar -0,22% (mtm) atau 2,64% (yoy).

“Dilihat dari komponen pembetuknya, deflasi yang terjadi di Kaltim sangat dipengaruhi oleh deflasi yang terjadi dari kelompok volatile foods, sedangkan kelompok administered prices dan kelompok core cenderung terkendali,” kata Sithowati.

Secara umum, deflasi pada bulan Oktober 2017 disebabkan oleh deflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan dengan sub kelompok komoditi bumbu-bumbuan sebesar -7,34% .

“Deflasi pada sub komoditi bumbu-bumbuan umumnya disebabkan oleh turunnya harga bawang merah dan cabai rawit, hal tersebut dikarenakan masih berlanjutnya panen di daerah sentra produksi seperti Brebes,” kata Sithowati.

Menurut Sithowati, kenaikan pasokan cabai rawit juga akibat dari gerakan menanam cabai di berbagai wilayah sebagai respon kenaikan harga cabai rawit beberapa bulan lalu.

Bank Indonesia secara konsisten melakukan asesmen terkait perkembangan perekonomian dan inflasi Kaltim terkini guna menuju sasaran inflasi akhir tahun sebesar 4+1% (yoy).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhamad Yamin
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper