Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Darurat Pekerja Las

Manufaktur Indonesia kekurangan tenaga kerja yang kompeten dalam teknik pengelasan.
Pekerja mengelas kawat tiang pondasi proyek double-double track (DDT) atau rel ganda Paket A Manggarai-Jatinegara, Jakarta, Jumat (21/)./Antara-Angga Budhiyanto
Pekerja mengelas kawat tiang pondasi proyek double-double track (DDT) atau rel ganda Paket A Manggarai-Jatinegara, Jakarta, Jumat (21/)./Antara-Angga Budhiyanto

Bisnis.com, JAKARTA—Manufaktur Indonesia kekurangan tenaga kerja yang kompeten dalam teknik pengelasan.

Manara Lodewijk Hutapea, Presiden Ikatan Teknik Pengelasan Indonesia (ITPI), menyampaikan saat ini dibutuhkan sebanyak 5 juta—7 juta tenaga kerja yang menguasai pengelasan. Namun, jumlah tenaga kerja  di dalam negeri hanya mencapai 2 juta hingga 3 juta orang.

"Banyak tenaga ahli pengelasan nasional yang sudah beranjak tua atau di umur yang berpotensi untuk pensiun," kata Manara kepada Bisnis, Senin, (27/11/2017).

Permasalahan kekurangan tenaga kerja ahli pengelasan ini memerlukan jalan keluar sebab beberapa tahun ke depan akan ada banyak proyek pemerintah dan swasta, termasuk manufaktur, konstruksi, pertambangan, minyak dan dan gas. 

"Kini investor asing kebanyakan menggunakan ahli pengelasan dari mereka sendiri, padahal potensi yang kita miliki itu besar," imbuhnya.

Dalam teknik pengelasan dibutuhkan beberapa pekerja yang memiliki jabatan seperti tukang las (welder), inspektor pengelasan, instruktur pengelasan, insinyur pengelasan, dan sebagainya. Di Indonesia, mayoritas pekerja adalah tukang las, sedangkan posisi yang paling dibutuhkan seperti insinyur pengelasan jumlahnya masih terbatas.

Manara berharap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja asing dapat melakukan transfer ilmu dan teknologi serta pelatihan bagi tukang las domestik.

"Seperti nanti proyek kereta cepat oleh China, kita bisa belajar dari ahli pengelasan dari Negeri Tirai Bambu tersebut. Hal ini disebabkan ada beberapa teknik pengelasan yang tidak familiar karena kita tidak memiliki mesinnya," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper