Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Alat Berat Diprediksi Naik 24,8%

Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) menargetkan produksi alat berat sebanyak 7.000 unit pada tahun ini, naik 24,8% dari realisasi produksi pada 2017 yang mencapai 5.609 unit.
Model berpose di peluncuran Motor Grader Caterpillar seri M generasi terbaru, Cat 14M3 dan Cat 18M3 pada pameran perlengkapan pertambangan terbesar di Asia, Mining Indonesia 2017 di Jakarta International Expo, Jakarta, Rabu (13/9)./JIBI-Nurul Hidayat
Model berpose di peluncuran Motor Grader Caterpillar seri M generasi terbaru, Cat 14M3 dan Cat 18M3 pada pameran perlengkapan pertambangan terbesar di Asia, Mining Indonesia 2017 di Jakarta International Expo, Jakarta, Rabu (13/9)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) menargetkan produksi alat berat sebanyak 7.000 unit pada tahun ini, naik 24,8% dari realisasi produksi pada 2017 yang mencapai 5.609 unit.

Sektor pertambangan dan konstruksi membuat pelaku usaha alat berat masih terus meninkmati manisnya pertumbuhan.

Ketua Umum Hinabi Jamaludin mengatakan sebenarnya kebutuhan dalam negeri tahun ini sebanyak 10.000 unit. Angka tersebut setara dengan total kapasitas terpasang anggota Hinabi.

“Karena kenaikan mendadak, jadi boleh dikatakan bahan bakunya tidak siap, dan tenaga kerja,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (13/2/2018).

Kendati naik signifikan, kebutuhan alat berat di dalam negeri belum menyamai kondisi paling prima yang berlangsung pada 2012. Saat itu, permintaan alat berat mencapai 17.000 unit sedangkan realisasi produksi menyentuh 7.947 unit.

Pada 2017, produksi alat berat untuk kebutuhan konstruksi dan pertambangan naik signfikan. Dari catatan Hinabi, secara total anggotanya mencatatkan pertumbuhan 52,5% dibandingkan dengan capaian 2016, menjadi 5.609 unit.

Hydraulic excavator berkontribusi paling tinggi dengan 5.002 unit atau 89,18% dari total volume produksi. Diikuti oleh bulldozer 375 unit, dump truck 151 unit, dan motor grader 81 unit.

“Rencana produksi pada 2017 adalah 4.400 unit. Aktualnya sampai 5.609 unit,” sebut Jamaludin.

Sektor pertambangan diperkirakan masih memberikan kontribusi terbesar sepanjang tahun ini. Tidak seperti untuk keperluan konstruksi, alat berat pertambangan perlu dilakukan peremajaan setidaknya satu tahun sekali.

Masa pakai alat berat untuk kegiatan pertambangan berkurang drastis dibandingkan dengan peruntukan pembangunan infrastruktur. Selain itu, para pengusaha konstruksi juga sering kali tidak membeli alat berat, tapi lebih memilih opsi sewa. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Khadafi
Editor : Annisa Margrit

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper