Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tetap atau Naik, Bank Indonesia Pastikan Kebijakan Suku Bunga Tak Buntuti The Fed

Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan pihaknya tidak melihat lagi room untuk penurunan suku bunga BI untuk ke depannya.
Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo (tengah), memberikan paparan didampingi Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara (kiri), dan Deputi Gubernur Perry Warjiyo, saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (16/11)./JIBI-Dwi Prasetya
Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo (tengah), memberikan paparan didampingi Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara (kiri), dan Deputi Gubernur Perry Warjiyo, saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (16/11)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia hanya mempunyai dua pilihan, yaitu bertahan dengan suku bunganya saat ini 4,25%, atau menaikkannya. Tetapi pertimbangannya bukan berdasarkan ekspektasi kenaikan suku bunga FED.

Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan pihaknya tidak melihat lagi room untuk penurunan suku bunga BI untuk ke depannya.

"Jadi artinya memang kita di posisi hold atau posisi naik," katanya kepada Bisnis.com di Jakarta, Jumat (18/2/2018).

Namun Dody mengatakan stance tersebut diambil bukan dari pertinbangan suku bunga FED yang diprediksikan akan naik tiga kali. "Pendirian BI tidak akan berubah, di mana stance moneter saat ini netral [dari pengaruh kenaikan suku bunga di negara lain]," jelasnya.

Sebaliknya, Dody mengaku kenaikan suku bunga acuan BI sangat tergantung pada tekanan yang jadi pada inflasi.

Maksudnya, otoritas moneter akan menyesuaikan suku bunga jika mendapat gambaran akan ada penekanan dari sisi inflasi.

"[Namun] dengan melihat gambaran hari ini, dan resiko-resiko yang terkalkulasi, dan memang kita belum melihat ekspektasi inflasi meningkat," jelasnya.

Bahkan kata Dody, inflasi inti kita pada 2017 sangat rendah, yakni 2,95%. Adapun pada 2015 dan 2016 inflasi inti terlihat menurun, yakni 3,95% dan 3,07%.

Sekadar informasi, inflasi inti adalah komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, volatilitas nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang, dan ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen.

Namun Dody meyakini ke depannya ekspektasi inflasi pada 2018 masih akan tepat sasaran.

"Kalau masih ditanya kapan kita [BI] akan menaikkan suku bunga, kami mengatakan, kapan second round, mulai adanya inflasi akan tertekan naik, dan [setelah itu kami akan membuat keputusan]," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : M. Richard
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper