Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Saham Global Anjlok, Harga Emas Terkerek

Harga emas kembali merangkak setelah saham di Asia melanjutkan pelemahan dan investor masih bergulat dengan dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China dan kenaikan suku bunga AS.
Harga emas/Reuters
Harga emas/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas kembali merangkak setelah saham di Asia melanjutkan pelemahan dan investor masih bergulat dengan dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China dan kenaikan suku bunga AS.

Pada perdagangan Senin (15/10) harga emas spot melambung 10,45 poin atau 0,86% menjadi US$1.227,50 per troy ounce dan mengalami penurunan harga hingga 5,78% secara year-to-date (ytd).

Adapun, harga emas Comex juga mengalami kenaikan 9,90 poin atau 0,81% menjadi US$1.231,90 per troy ounce dan mengalami penurunan harga hingga 6,64% sepanjang 2018 berjalan.

Kepala Perdagangan Lee Cheong Gold Dealers di Hongkong Ronald Leung mengatakan bahwa pergerakan harga emas saat ini mulai tergantung pada pasar saham. Ketika pasar saham tidak stabil, maka akan ada banyak investor yang melakukan pembelian aset lindung nilai seperti emas.

“Saat ini banyak ketidakpastian selain ekuitas, termasuk perang dagang yang kini makin memanas, pemilihan umum jangka menengah di AS, dan lanjutan kenaikan suku bunga AS pada Desember mendatang. Kita harus memperhatikan reaksi emas pada peristiwa-peristiwa tersebut,” ujarnya, dikutip dari Reuters, Senin (15/10/2018).

Saham Asia melorot pada Senin (15/10), dengan indeks saham MSCI di Asia–Pasifik di luar Jepang merosot lebih dari 1%. “Emas semakin menarik setelah pasar saham kacau. Hal itu membuat aset safe haven menghijau,” kata Brian Lan, Direktur GoldSilver Central di Singapura.

Aksi jual di ekuitas di pekan lalu berhasil membuat emas sanggup menembus harganya yang menyusut selama 1,5 bulan belakangan, dengan kenaikan harga hingga 2,5% pada Kamis (11/10), kenaikan harian terbesar dalam lebih dari dua tahun terakhir.

“Emas tetap terdorong oleh memanasnya tensi geopolitik dan pernyataan dari Komisi Perdagangan Terbuka Federal AS [FOMC] yang kemungkinan akan menunda kenaikan suku bunganya pada Desember jika pasar ekuitas melanjutkan pelemahan,” papar Stephen Innes, Kepala Perdagangan Asia – Pasifik di Oanda.

Innes menambahkan, pergeseran kebijakan dari The Fed akan membuat kepercayaan pada bank sentral paling penting di dunia itu menurun dan semakin menggoyahkan kestabilan pasar.

The Fed kembali menaikkan suku bunga pada bulan lalu untuk ketiga kalinya sepanjang tahun ini dan diperkirakan akan kembali melanjutkan kenaikan pada Desember mendatang.

Meski menguat, harga emas masih tetap berada lebih dari 10% di bawah puncaknya pada April di posisi US$1.346 per troy ounce menjadi di kisaran US$1.200-an per troy ounce karena tertekan oleh penguatan dolar AS di tengah perang dagang antara AS dan China yang belum berhenti dan lanjutan kenaikan suku bunga AS.

Gubernur Bank Sentral China Yi Gang mengatakan bahwa China kini masih menghadapi ketidakpastian yang sangat besar karena tarif dan friksi dagang.

Saat ini, spekulan emas memperpanjang posisi jangka pendeknya pada kontrak emas Comex sebanyak 29.881 kontrak menjadi total 103.009 kontrak pada pekan pertama Oktober.

Analis teknikal Reuters Wang Tao memproyeksikan harga emas spot bisa kembali naik hingga menyentuh US$1.235 per troy ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper