Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Walhi : Pembangunan Pabrik Semen Ancam Ekosistem Kutai Timur

Walhi menyatakan pembangunan pabrik semen di sekitar Kawasan karst Kabupaten Kutai Timur akan merusak ekosistem dan cadangan air.
ilustras Pabrik semen/jibiphoto
ilustras Pabrik semen/jibiphoto

Bisnis.com, SAMARINDA – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia menyatakan pembangunan pabrik semen di sekitar Kawasan karst Kabupaten Kutai Timur akan merusak ekosistem dan cadangan air.

Manajer Kampanye Pangan, Air, dan Ekosistem Esensial Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Wahyu A. Perdana menyatakan klaim Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor terkait pembangunan pabrik semen tidak berdampak pada karst Sangkulirang Mangkalihat jelas salah. Wahyu menyatakan pemerintah daerah tidak paham tentang ekosistem karst.

Dia menyebut bentang alam karst tidak dibatasi oleh batas administrasi kabupaten atau kota. 

“Kerusakan satu lokasi saja pada bentang alam karst akan berakibat pada perubahan aliran sungai bawah tanah,” kata Wahyu melalui siaran pers yang diterima Bisnis, Selasa (2/1/2019).

Wahyu menjelaskan bahwa karst Sangkulirang memiliki karakteristik relief dan drainase yang khas. Klaim bahwa pabrik semen tidak berdampak pada kawasan karst juga mengabaikan fakta jika bahan baku utama semen adalah batu gamping dari kawasan karst.

Wahyu menyebut ekosistem karst alami memiliki daya serap air hingga 54 mm per-jam, sedangkan daya serap karst pada bekas tambang yang tidak direklamasi, hanya memiliki daya serap air sebesar 1 mm per-jamnya. Rusaknya ekosistem karst akan meningkatkan ancaman krisis air, termasuk ancaman kekeringan dan banjir.

Wahyu juga menilai klaim bahwa pabrik Semen yang dibangun ramah lingkungan dan zero dust, tidak memiliki fakta ilmiah yang kuat. Hal ini mengingat Industri semen merupakan penyumbang karbon terbesar.

Tercatat industri semen sebagai penyumbang emisi karbon terbesar mencapai 48% berdasarkan Laporan Investigasi Gas Rumah Kaca Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2014. 

Wahyu juga menyatakan bahwa industri emen berpotensi sebagai penyumbang pencemaran udara terbesar, karena memproduksi Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen oksida (Nox), Karbon Monoksida (CO), serta debu dan Karbon Dioksida (CO2). 

“Pada sisi lain, kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat, berhasil menyerap karbon organik sebesar 6,21 juta ton CO2 per tahun dan serapan karbon inorganik sebesar 0,18 juta ton CO2 per tahun,” ungkap Wahyu.

Klaim ketiga terkait ribuan penyerapan tenaga kerja juga ditampik oleh WALHI. Wahyu beralasan. menggunakan perbandingan dalam AMDAL PT Semen Indonesia tercatat hanya akan menyerap 356 tenaga kerja. 

“Dari sisi ekonomi perkembangan industri semen yang mengalami stagnasi karena kelebihan suplai, secara langsung ataupun tidak akan mengancam keberlanjutannya,” papar Wahyu.

Wahyu menyebut, berdasarkan proyeksi Asosiasi Semen Indonesia pada 2017, kapasitas mill industri semen yang ada saat ini mencapai 107.971.480 ton. Padahal proyeksi konsumsi semen domestik hanya mencapai 65,1 juta ton.

“Angka proyeksi ini masih lebih besar dibandingkan realisasi kebutuhan semen hingga Agustus 2017 sebesar 41.128.780 ton,” terang Wahyu.

Wahyu menyatakan klaim bahwa kebutuhan semen untuk pembangunan infrastruktur juga tidak berdasar, karena 75% konsumsi semen digunakan untuk kepentingan retail.

Sementara itu Kepala Departemen Advokasi dan Kampanye Eksekutif Daerah WALHI Kalimantan Timur Hafidz Prasetyo menyatakan tanpa harus masuknya industri ekstraktif, kawasan karst sudah memiliki nilai tinggi bagi warga sekitar. 

“Potensi alamnya yaitu hutan kayu dan non kayu, batuan mineral, potensi wisata alam, serta sarang burung walet cukup menjanjikan dan memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat setempat,” ungkap Hafidz.

Hafidz pun  menambahkan keanekaragaman hayati yang ditawarkan kawasan karst ini juga sangat kaya karena tempat ini dihuni oleh hewan endemik seperti orangutan dan beberapa fauna endemik lainnya.

Beragamnya flora seperti jamur mata sapi, anggrek kuping gajah, kantong semar, cemara gunung yang memiliki akar seperti pohon bakau, dan beragam jenis lumut. Penduduk setempat juga banyak menggantungkan hidupnya di kawasan karst tersebut.

Sementara itu Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menargetkan 2020 pabrik semen kerjasama PT Kobexindo Cement dan Hongshi Holdings bisa beroperasi di Jepujepu, Sekerat, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur.

Bupati Kutai Timur Ismunandar menyatakan pihak Hongshi Holdings maupun Kobexindo Cement sudah meninjau langsung lokasi bakal pembangunan pabrik semen di Sekerat.

Dia menyatakan penolakan yang muncul atas rencana pembangunan ini sebenarnya adalah masalah kurangnya komunikasi dan pemahaman soal pengelolaan pabrik ramah lingkungan. Padahal, ada sisi menguntungkan dari pembangunan ini yakni investasi yang mendongkrak pendapatan Pemkab Kutai Timur.

“Maka itu kita nanti lihat, bagaimana feasibility studiesnya. Apa yang dikatakan dengan zero dust harus kita lihat,” ujar Ismunandar.

Dia menyatakan untuk mengurangi informasi yang bias antara pemerintah dan masyarakat, dia akan terbuka dengan adanya dialog antara perusahaan, pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat terkait. Ismunandar juga memastikan lokasi pabrik semen ini tidak menyalahi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) maupun menyalahi aspek ketenagkerjaan.

“Ini mereka sudah survei mana Kawasan karena membangun pabrik semen ini bukan hanya membangun kapurnya saja tapi juga kuarsanya. Ada lempungnya. Ini yang mereka sudah menemukan semua,” terangnya.

Asal tahu saja, prediksi nilai investasi dari Hongshi Holdings untuk Bumi Etam sekitar US$1 miliar atau setara dengan Rp14 triliun. Namun rata-rata nilai investasi Hongshi Holdings untuk pabrik semen di negara lain maksimal bisa mencapai US$2,1 miliar atau setara dengan Rp29,9 triliun. Salah satu contoh negara tempat Hongshi Holdings beroperasi adalah Laos.

Bisnis mencatat dalam audiensi tersebur, Hongshi Holdings juga memprediksikan bisa memproduksi 8 juta ton semen per tahun dan berkontribusi bagi pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Kutai Timur. Pabrik itu akan dibangun di atas lahan seluas 822 hektare dengan prediksi akan menyerap tenaga kerja sampai 1000 orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper