Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gangguan Atmosfer Berimbas ke Cuaca Ekstrem, Ini Kata BMKG

Secara umum sebetulnya Indonesia, khususnya bagian selatan ekuator, sedang musim kemarau, tetapi ada gangguan atmosfer.
Dua pria menarik perahu yang disewakan untuk mengangkut warga dan motor dari kawasan Jalan A Yani yang terendam banjir di Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (12/6/2019). Dampak dari banjir yang melanda Samarinda selama enam hari terakhir tersebut membuka peluang baru bagi warga setempat untuk menyewakan perahu guna mengangkut barang, motor serta pengguna jalan yang ingin melintasi kawasan banjir./Antara-Kirana Larasati
Dua pria menarik perahu yang disewakan untuk mengangkut warga dan motor dari kawasan Jalan A Yani yang terendam banjir di Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (12/6/2019). Dampak dari banjir yang melanda Samarinda selama enam hari terakhir tersebut membuka peluang baru bagi warga setempat untuk menyewakan perahu guna mengangkut barang, motor serta pengguna jalan yang ingin melintasi kawasan banjir./Antara-Kirana Larasati

Bisnis.com, JAKARTA — Gangguan atmosfer dalam bentuk Osilasi Madden Julian menyebabkan hujan ekstrem yang menimbulkan banjir di wilayah Indonesia Timur, kata Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Mulyono R Prabowo.

"Secara umum sebetulnya Indonesia, khususnya bagian selatan ekuator, sedang musim kemarau, tetapi ada gangguan atmosfer dalam bentuk Osilasi Madden Julian yang tumbuh dan berkembang dari Samudera Hindia," katanya di Jakarta, Kamis (13/4/2019).

Fenomena Osilasi Madden-Julian (Madden Julian Oscillation/MJO) adalah fluktuasi intra-musiman dari tekanan atmosfer di atas Samudera Hindia dan Samudera Pasifik bagian barat yang bergerak ke arah timur pada daerah tropis.

Mulyono menjelaskan bahwa musim kemarau ditandai dengan adanya dominasi angin dari timur-tenggara di wilayah Indonesia bagian selatan yang menyerbu wilayah-wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali, Jawa dan Sumatera bagian selatan yang diprediksi bisa berlangsung hingga September-Oktober.

Di tengah musim kemarau tersebut muncul gangguan atmosfer dalam bentuk MJO yang tumbuh dan berkembang dari Samudera Hindia kemudian merambat ke arah timur di sepanjang ekuator, masuk ke wilayah Indonesia bagian barat dan merambat ke tengah lalu bergeser ke bagian timur.

"Ketika melintasi wilayah-wilayah tersebut potensi pertumbuhan awan dan hujan turun menguat, di sisi lain Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, NTB, NTT didominasi oleh aliran udara kering dari timur-tenggara atau Australia sehingga potensi pertumbuhan awannya kecil atau sedikit," katanya.

Karena adanya MJO, konsentrasi pertumbuhan awan kuat sehingga hujan-hujan yang terjadi berintensitas tinggi dan berlangsung lama serta berpotensi menimbulkan banjir serta tanah longsor.

Hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi di Kabupaten Konawe Utara, Konawe, Konawe Selatan dan Kolaka Timur di Sulawesi Tenggara serta sebagian wilayah Kabupaten Morowali di Sulawesi Tengah, menimbulkan kerusakan infrastruktur dan rumah warga serta memaksa sebagian warga mengungsi.

Hujan lebat juga menimbulkan banjir di Samarinda, Kalimantan Timur, dan Kabupaten Kotabaru di Kalimantan Selatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper