Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Angka Kemiskinan Balikpapan Terendah di Kaltim

Balikpapan menempati urutan pertama sebagai kota dengan kemiskinan terendah di Kalimantan Timur. Garis kemiskinan perkapita perbulan kota Balikpapan sebesar Rp572.108.
Ilustrasi/Antara-Feny Selly
Ilustrasi/Antara-Feny Selly

Bisnis.com, BALIKPAPAN -- Tingkat kemiskinan kota Balikpapan pada tahun ini kembali menurun dengan jumlah penduduk miskin menjadi 15.780 jiwa atau 2,42 persen dari tahun sebelumnya. 

Pada tahun sebelumnya, angka kemiskinan mencapai 17.008 jiwa atau 2,64 persen dari jumlah penduduk 645.727 jiwa.

Balikpapan menempati urutan pertama sebagai kota dengan kemiskinan terendah di Kalimantan Timur. Garis kemiskinan perkapita perbulan kota Balikpapan sebesar Rp572.108.

“Dengan menurunnya angka kemiskinan kota maka sisa penduduk miskin itu semakin dalam/pendapatannya rendah dan merata antarorang miskin tersebut,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Balikpapan Achmad Zaini  dalam keterangan persnya akhir tahun Jumat (27/12/2019).

Dia menjelaskan tingkat kemiskinan yang sudah rendah kemudian dapat dikendalikan lagi hingga menurun menjadi 2,42 persen ini merupakan hasil dari berjalannya program kerja penanggulangan kemiskinan di masing-masing organisasi perangkat daerah yang tergabung dalam tim penanggulangan kemiskinan daerah (TPKD).


“Program-program itu seperti program bantuan modal usaha ekonomi kecil dan rumah tangga, program Indonesia pintar, program perlindungan social dan lainnya,” ungkapnya. Program itu dapat mengangkat pendapatan masyarakat miskin lebih tinggi dibanding dengan kenaikan garis kemiskinan kota Balikpapan disamping dengan stabil dan meningkatnya perekonomian kota.


Menurut data BPS kota Balikpapan, persentase penduduk miskin usian 15 tahun ke atas dan pendidikan yang ditamatkan yaitu untuk tidak sekolah/tidak tamat SD sebanyak 15,57 persen, tamat SD/SLTP 69,66 persen dan tamat SLTA sebesar 14,77 persen.


Angka melek huruf penduduk miskin usia 15-24 tahun sebesar 100 persen dan usia 15-55 tahun sebesar 100 persen. Angka partisipasi sekolah penduduk miskin usia SD 7-12 tahun sbanyak 91,86 persen dan pendidikan SLTP usia 13-15 tahun sebesar 100 persen.

Persentase penduduk miskin usia 15 tahun ke atas menurut status bekerja yaitu tidak bekerja 39,19 persen, bekerja di sektor informal sebesar 24,34 persen dan bekerja di sektor formal 36,47 persen.

Achmad Zaini menilai kedepan usaha menurunkan angka kemiskinan daerah ini relative lebih berat yang disebabkan kondisi penduduk miskin saat ini sudah sangat sedikit/kecil hanya 2,42 persen. “Dimana pendapatannya jaug dengan garis kemiskinan,” sebutnya.

Sehingga, program pengentasan kemiskinan kedepan lebih mengarah kepada bantuan modal dan pembinaan yang mengarah meningkatkan pendapatan rumah tangga miskin sesuai kondisi ekonominya. 

“Seperti bantuan teknis dan modal kerja, dan bantuan modal yang harus dilakukan secara terintegrasi dari dinas terkait dengan lembaga keuangan,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper