Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Meyakini Penggunaan Mata Uang Lokal RI-China Dongkrak Ekspor Kaltim

Kerja sama ini berarti dalam setiap transaksi kedua negara tidak perlu untuk menukar dolar seperti yang saat ini dilakukan.
Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di kota Tengchong, Provinsi Yunnan Tiongkok barat daya (9/10/2020). Istimewa
Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di kota Tengchong, Provinsi Yunnan Tiongkok barat daya (9/10/2020). Istimewa

Bisnis.com, BALIKPAPAN –- Bank Indonesia (BI) meyakini ekspor Kaltim dapat terdongkrak seiring penggunaan mata uang lokal (local currency settlement/LCS) antara Indonesia dan Tiongkok.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim Tutuk S.H. Cahyono menyatakan LCS dilakukan terutama untuk memperkuat kerja sama perdagangan dan investasi antar negara yang membuat kesepakatan.

“Apalagi Kaltim banyak berdagang dengan Tiongkok,” ujarnya pada Jum’at (23/7/2021).

Tutuk pun membenarkan bahwa LCS dapat menjadi katalis positif bagi perekonomian daerah. Melalui LCS dengan Tiongkok, kata Tutuk, pelaku bisnis di Kaltim akan memiliki banyak pilihan dan hal tersebut bisa mendorong meningkatkan perdagangan dan investasi kedua negara.

“Bagi para pelaku yang tidak ingin menggunakan US Dolar atau mata uang kuat lainnya dalam transaksi, bisa menggunakan mata uang lokal kedua negara [Indonesia dan Tiongkok],” tambahnya.

Dalam skala makro, Tutuk menuturkan hal ini turut mendukung kestabilan kurs rupiah, khususnya terhadap USD karena permintaan terhadap mata uang USD bisa dikurangi.

“Ujungnya tentu bisa mendukung kestabilan sektor keuangan dan ekonomi kita,” tuturnya.

Kendati demikian, dampak penggunaan LCS akan bergantung pada kondisi masing-masing pelaku usaha, seperti saat pelaku usaha mengalami kendala dalam menggunakan USD yang bisa dikarenakan kurs bergejolak dan tidak dibuat lindung nilainya (hedging), maka kedua pihak dapat menyapakati penggunaan rupiah sebagai syarat perdagangan.

“Nah, dengan adanya LCS, akhirnya produk Kaltim bisa diekspor ke Tiongkok dan pengusaha kita menerima rupiah nantinya,” terang Tutuk.

Di sisi lain, dampak kerja sama ini adalah penggunaan USD akan berkurang ketika semakin banyak pelaku usaha yang menggunakan kurs non-USD.

Adapun, Tutuk mengungkapkan bahwa dengan adanya LCS, seharusnya dapat menjadi peluang yang dimanfaatkan para pelaku usaha di Kaltim.

“Sudah pasti [berpeluang]. Apalagi LCS ini didukung oleh BI dan bank sentral China [PBOC]. Insya Allah dijamin aman dan lancar, semakin banyak pilihan berusaha akan semakin baik,” pungkasnya.

Sebelumnya, BI telah memastikan transaksi penggunaan mata uang lokal antar negara atau local currency settlement (LCS) untuk Indonesia dan China melalui kerja sama antara bank sentral Indonesia dengan sejumlah bank sentral negara lain.

Kerja sama ini berarti dalam setiap transaksi kedua negara tidak perlu untuk menukar dolar seperti yang saat ini dilakukan.

Sebagai informasi, berdasarkan data BPS Kaltim, secara kumulatif peranan nilai ekspor ke Tiongkok pada periode Januari – Mei 2021 mencapai 35,81 persen atau senilai US$1,45 miliar dan naik sebesar 73,79 persen jika dibanding dengan periode Januari – Mei tahun sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper