Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tumpahan Minyak di Teluk Balikpapan Bisa Sebabkan Sejumlah Hal Berikut

Ancaman atas kelestarian lingkungan akibat tercemarnya perairan Teluk Balikpapan akibat tumpahan minyak diperkirakan dapat terus terjadi. Hal itu dimungkinkan tetap terjadi walau Pertamina berhasil mengindentifikasi sumber minyak tersebut.

Bisnis.com, BALIKPAPAN - Ancaman atas kelestarian lingkungan akibat tercemarnya perairan Teluk Balikpapan akibat tumpahan minyak diperkirakan dapat terus terjadi. Hal itu dimungkinkan tetap terjadi walau Pertamina berhasil mengindentifikasi sumber minyak tersebut.

Pertamina Refinery Unit V Balikpapan mengakui tumpahan minyak ini berasal dari kebocoran pipa milik Pertamina yang putus dari arah perairan Lawe-lawe Penajam Paser Utara. Hal itu disampaikan dalam jumpa pers di Mapolda Kaltim, kemarin.

“Tumpahnya minyak tersebut akan menyebabkan punahnya biota laut yang hidup di perairan seperti ikan, Pesut, serta terumbu karang,” jelas Dinamisator Jatam Kaltim Pradarma Rupang kepada Bisnis, Kamis (5/4/2018).

Minyak yang terbuang ke perairan, ujarnya, akan menjadi bahan yang berbahaya bagi lingkungan. Di perairan lepas pantai, dampak tumpahan minyak berpotensi menyebabkan kematian massal pada makhluk hidup di sana jika tak secepat mungkin ditanggulangi.

“Tumpahan juga mempengaruhi pertumbuhan mangrove, mengancam habitat burung yang selama ini mencari ikan sebagai sumber makanan, atau memakan ikan yang sudah keracunan atau tercemar minyak sehingga burung camar atau bangau akan ikut teracuni,” jelasnya.

Adapun dari segi ekonomi masyarakat, daya rusak yang di timbulkan juga tidak sedikit. Nelayan kehilangan pendapatannya karena tidak melaut dalam waktu yang panjang. Kalaupun melaut, kata dia, setidaknya nelayan harus berlayar sejauh 3 sampai 4 mil dari kawasan pesisir.

“Tentu saja ini menambah beban yaitu biaya bahan bakar,” sambungnya.

Berdasarkan tinjauan di lapangan, JATAM Kaltim sudah memperkirakan sumber minyak berasal dari bocornya pipa milik Pertamina.

“Untuk itu pemerintah harus bertindak tegas supaya hal ini tidak terulang lagi di kemudian hari. Kami mendesak Kementerian Lingkungan Hidup dan Dinas Lingkungan Hidup Balikpapan serta pihak terkait lainnya bergerak cepat untuk menangani persoalan ini, mengingat kejadian serupa pernah terjadi sebelumnya pada 2004 saat terjadi tumpahan minyak dari Perusahaan Total E & P Ind. yang membuat nelayan Balikpapan tidak dapat melaut dalam jangka waktu cukup panjang,” katanya.

Berdasar penelusuran Bisnis.com, kasus tahun 2004 itu juga tercatat pada laman http://pusdiklatmigas.esdm.go.id, yang merupakan tulisan Sulistyono, pejabat fungsional Widyaiswara Madya Pusdiklat Migas Cepu.

Selain TEPI, Jatam mencatat kejadian serupa juga terjadi pada Mei 2017 silam, yakni tumpahan minyak mencemari kawasan perairan Balikpapan dan belum terkuak siapa pelakunya.

Terkait kelalaian perusahaan JATAM mendorong Kementerian terkait mengevaluasi izin lingkungan yang dimiliki oleh perusahaan. “Tetap harus ada pihak yang bertanggung jawab, dan melakukan pemulihan dari kerusakan yang ditimbulkan,” jelasnya.

15 Hari Darurat Lingkungan

Sebelumnya Pemerintah Kota Balikpapan telah menetapkan selama 15 hari darurat lingkungan atas insiden ini. Hal ini juga berlaku di Kabupaten Penajam Paser Utara yang ikut terdampak karena letaknya berseberangan dengan Balikpapan, terbelah laut Teluk Balikpapan.

Selain merenggut lima nyawa warga lokal, tumpahan minyak di Teluk Balikpapan berdampak terhadap lingkungan di kawasan itu. Hal tersebut ditandai dengan kematian seekor pesut, Minggu (1/4).

Pesut sepanjang 205 centimeter diduga kuat terperangkap limbah minyak di permukaan kemudian mati di bibir pantai Klandasan Kawasan Balikpapan Kota, Minggu (1/4) atau sehari selang kasus tumpahan minyak terjadi.

Adapun bangkai satwa endemik Kaltim ini baru dievakuasi esok harinya untuk dinekropsi. "Saat kita ditemukan sudah dalam kondisi membusuk dengan usus terburai lewat anusnya. Tumpahan minyaknya membanjiri hampir seluruh permukaan perairan Teluk Balikpapan yang merupakan habitatnya. Bangkai pesut kini sudah dalam penanganan BPSPL Pontianak KKP,” jelas Penggiat Lingkungan dari Forum Teluk Balikpapan di lokasi penemuan.

Adapun Kepala Satuan Kerja Balikpapan, BPSPL Pontianak KKP, Ricky saat dikonfirmasi mengatakan populasi Pesut di Teluk Balikpapan kian menyusut jumlahnya menjadi 60 ekor akibat permasalahan limbah minyak kapal kapal yang berlalu lalang setiap harinya.

“Data kami terdapat dua pesut dan dua lumba – lumba selama 2017 lalu yang mati di perairan Teluk Balikapan," jelasnya.

Selain pesut dan korban jiwa, Koordinator Program Stabil Balikpapan, Hery Sunaryo mengatakan sebanyak 30 hektar mangrove primer di area konservasi Teluk Balikpapan ikut terancam. “Ratusan nelayan gagal melaut karena kondisi seperti ini,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fariz Fadhillah
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper