Bisnis.com, BALIKPAPAN- Terminal Peti Kemas Kariangau Balikpapan kembali melanjutkan ekspor langsung melalui layanan internasional direct call ke Shanghai, Senin (9/4) pagi dengan 100 kontainer berisi komoditas andalan Kaltim, yakni coconut fiber dan kayu olahan atau plywood.
Komoditas ini diekspor menggunakan kapal MV Meratus Tomini milik perusahaan pelayaran asal Hongkong, SITC berkapasitas 2.800 teus dengan flag Indonesia.
Sebelumnya, pada 26 Maret yang lalu PT. Kaltim Kariangau Terminal (KKT) selaku pengeola TPK sukses melakukan pelayaran ujicoba menggunakan kapal milik SITC, MV Laila. Sebanyak 50 kontainer berisi komoditi serupa yang diekspor.
Baca Juga
Di sela-sela peresmian, SITC mengonfirmasi sebanyak lima armada kapal ekspor milik mereka siap melayani internasional direct call di TPK Kariangau sekali dalam sepekan.
“Besok giliran 130 ton udang windu yang siap kami kirim, sekarang sedang dalam proses pengiriman dari Samarinda via udara dulu, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan container reefer melalui KKT,” jelas Jamie Liu, Managing Director SITC Indonesia kepada Bisnis, siang tadi.
Lima kapal dengan panjang 200 meter, kata dia akan hilir-mudik di TPK Kariangau sengaja agar siklus pelayanan terus berjalan.
“Jadi saya ingatkan lagi, di Kariangau sudah terbuka fasilitas ekspor langsung, sekali dalam sepekan, pada hari senin,” sambung Doso Agung, Dirut PT Pelindo IV kepada bisnis di sela peresmian.
Dari 30 proyek stategis di Indonesia dipastikan setelah Balikpapan, ke depan pihaknya mengincar peresmian di kawasan timur lainnya, yakni Maluku.
“Dari 30 proyek strategis kami, 6 di antaranya berhasil dioperasikan. Setelah Balikpapan ini menyusul Maluku, jadi gubernur Maluku mohon bersabar sedang kami siapkan,” jelas dia.
Dia yakin layanan ekspor langsung di Balikpapan ini akan sukses seperti di Makassar. Dengan dukungan penuh pemerintah daerah juga seluruh asosiasi pengusaha, percepatan pertumbuhan ekonomi melalui ekspor dapat dilakukan.
Soal TPK Kariangau, sebut Doso, diyakini mampu bersaing dengan terminal modern seperti di Jakarta. Pertama karena memiliki dermaga strategis dan kedalaman 14 meter. Kemudian aktivitas bongkar muat sudah mencapai 30 boks per jam per crane dengan sistem operasional 24 jam.
“Alat bongkat muat, lapangan penumpukan container, dan fasilitias di sini sudah modern. Hanya saja selama ini tidak ada perdagangan luar negeri, domestik semua, ini hampir terjadi pula di semua kawasan indonesia timur, dulunya,” jelas Doso.