Bisnis.com, BANJARMASIN- Sulitnya mendapatkan komoditas batu permata jenis Intan di Pertambangan Rakyat pada daerah Cempaka, membuat banyak usaha Penggosokan Intan bertumbangan di Kota Martapura Kabupaten Banjar.
Salah satu Penggosok Intan di Pusat Informasi Pariwisata dan Penggosokan Intan Martapura Kalsel binaan Bank Indonesia (BI) H Burhanuddin mengakui, sudah banyak sekali koleganya yang tidak membuka jasa penggosokan Intan lagi karena sepi pengorder.
"Bahan baku Intannya kini sulit dicari, kalau pun ada masih lebih banyak jasa penggosoknya ketimbang order yang didapat. Akibatnya jika dulu hampir 75 persen warga Martapura adalah penggosok Intan, kini sudah banyak sekali yang tidak lagi melakukannya," ucapnya, Sabtu (16/03/2019).
Bahkan terkhusus di Pusat Informasi Pariwisata dan Penggosokan Intan Martapura, dari 20 orang penggosok kini sudah berkurang menjadi hanya 4 orang saja.
"Empat orang ini pun kerjanya tidak penuh waktu lagi. Karena tidak setiap hari mereka mendapatkan order penggosokan Intan dari konsumen," tambahnya.
Selain bahan baku Intan yang sulit dicari, banyaknya batu permata dari luar yang kini juga dijual di Kalsel juga menjadi salah satu alasan berkurangnya minat turis lokal maupun luar untuk membeli Intan khas Martapura.
"Memang tidak secara signifikan berkurangnya untuk peminat Intan, masih tetap besar. Untuk harganya sendiri tidak ada patokan khusus, karena sangat tergantung dengan warna, pemotongannya, kejernihan warnanya dan nilai karatnya," ungkapnya.
Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan BI Kalsel Mohd Irwan menambahkan, penggosokan Intan di Martapura merupakan aset wisata yang harus dipertahankan dan dilestarikan. Karena hal tersebut merupakan bagian dari wisata lokal yang bisa menjadi daya tarik bagi turis yang datang ke Banua.
"Makanya Bank Indonesia membangun Pusat Penggosokan Intan di Martapura dan mengumpulkan para penggosok disini untuk beraktifitas. Tujuannya tidak lain agar bisa menjadi magnet wisata tersendiri bagi turis yang berkunjung ke Kalsel," tukasnya.