Bisnis.com, SAMARINDA - Menteri Pariwisata Arief Yahya didampingi Wakil Gubernur Provinsi Kalimantan Timur Hadi Mulyadi dan Polisi Partai Golkar Hetifah Sjaifudian membuka acara Millenials Gathering dengan tema Koordinasi Pengembangan Kawasan Wisata Wilayah Kalimantan.
Arief Yahya mengatakan saat ini pertumbuhan devisa dari sektor pariwisata US$16,11 miliar tahun lalu, nyaris menyamakan posisi dengan devisa dari kelapa sawit. Adapun semua pencapaian itu tak lepas dari aktivasi di media sosial yang memancing wisatawan dunia masuk ke Indonesia.
"Indonesia sudah masuk Top 10 Negara Indah yang wajib dikunjungi pada 2019," terang Arief di SwissBell Hotel, Sabtu (30/3/2019).
Posisi sektor pariwisata saat ini memang setara dengan pendapatan dari sektor migas. Namun pariwisata masih lebih tinggi dibandingkan cadangan devisa hasil penjualan batu bara.
Dia memprediksi devisa ini bisa melampaui pendapatan devisa dari migas tahun ini yakni sebesar US$20 miliar.
"Industri ini bisa menjadi industri paling menjanjikan dan penghasil devisa terbesar. Dan ini pekerjaanmu, milenial. Valuemu sangat tinggi," ujarnya.
Dongkrak Bisnis
Untuk mendongkrak bisnis pariwisata di Kaltim, Arief mengimbau pentingnya stimulus berupa insentif dan promosi. Mantan pejabat Telkom ini yakin bahwa pariwisata di era digital hanya bisa sukses dengan pemanfaatan teknologi digital.
Sebelumnya, Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi menyatakan Balikpapan memang sudah terlalu terlena dengan kejayaan industri minyak. Alhasil ketika harga minyak melemah, perekonomian Balikpapan terkena imbas, apalagi karena selama ini mengandalkan dana bagi hasil.
Rizal menyebut saat ini pemerintah provinsi maupun pemerintah kota sedang mengupayakan Balikpapan bisa bertumbuh sebagai kota pariwisata atau kota meeting, incentive, conference, dan exhibition (MICE).
Salah satu langkah pertama adalah memperkuat sektor usaha kecil mikro menengah (UMKM) oleh-oleh bagi para wisatawan yang singgah ke Balikpapan.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Balikpapan Bimo Epyanto menyatakan perlu keberpihakan yang serius melalui alokasi anggaran jika ingin mengembangkan pariwisata di kota minyak ini. Bimo menyebut ada beberapa faktor penunjang kesuksesan kota yang bertumpu pada pariwisata seperti Bali dan Yogyakarta.
“Pariwisata itu perlu atraksi. Biasanya pariwisata itu mengandung unsur what to see, what to eat, what to buy, dan what to do,” jelas Bimo.
Bimo mengusulkan untuk membangun atraksi, pemerintah daerah sesungguhnya bisa bekerjasama dengan banyak stakeholder event organizer. Pemerintah Daerah bisa belajar dari beberapa pemerintah lain, sebut saja contohnya Banyuwangi, yang kini semakin kuat dengan status kota tujuan wisata di Jawa Timur.