Bisnis.com, BALIKPAPAN-PLN (Persero) membidik pelanggan industri guna mengantisipasi surplus listrik yang akan bertambah pada 2020.
Direktur PLN Regional Sulawesi, yang juga menjabat di Kalimantan, Syamsul Huda, mengatakan, pembangunan infrastruktur pembangkit terus dilakukan. Rencana pembangunan pembangit listrik sudah dipetakan bahkan beberapa sudah ada yang beroperasional.
Sehingga dari yang dulunya defisit listrik, kini wilayah Kalimantan menjadi surplus listrik.
Saat ini dari total sistem Kalimantan, daya mampu mencapai 2.052 MW. Beban puncak 1.446,5 MW dan cadangan daya yang masih belum terpakai sebesar 605,5 MW.
Dia pun mengharapkan investasi infrastruktur yang telah terbangun dengan baik ini bisa dimanfaatkan dan didistribusikan dengan tepat. Supaya hal tersebut tidak membebani PLN
BUMN kelistrikan itu menyebutkan segmen industri harus didorong karena penggunanya besar dan melayani kebutuhan masyarakat banyak.
Baca Juga
Menurutnya, PLN harus melayani sektor tersebut supaya mereka tidak membangun pembangkit sendiri yang justru menelan investasi lebih besar.
“Kami juga berharap, agar investasi listrik ini digunakan untuk hal yang bermanfaat. Bukan terbuang sia-sia. Tapi listrik dinikmati untuk hal yang produktif. Untuk itu, kami fokus mengincar segmen industri,”ungkapnya Senin (26/8/2019).
Saat ini penjualan tenaga listrik di Kalimantan meningkat 9,16 persen, atau bertambah 115.000 pelanggan. Secara total pelanggan di Kalimantan sebesar 4,1 juta pelanggan dengan total listrik tersalurkan 5,1 juta MWh.
Sementara itu, dari roadmap pembangunan pembangkit, dari 2019 hingga 2028, pulau Borneo akan memperoleh tambahan kapasitas pembangkit sebesar 4.324,9 Mega Watt (MW).
Kemudian, rasio elektrifikasi di Kalimantan sebesar 92 persen. Masih ada 8 persen yang belum dialiri. Hal itu yang menjadi fokus PLN juga.
Yang belum teraliri ini di daerah pedasaan yang sulit terjangkau. Per provinsi, rasio terbesar ada di Kaltim mencapai 99,9 persen sedangkan paling kecil di Kalteng yakni 94 persen.
Secara nasional, konsumsi perkapita di Indonesia termasuk Kaltim masih rendah. Per kapita hanya 1.000 kWh per tahun. Membandingkan dengan negara tetangga di Asia Tenggara semisal Malaysia perbedaaanya cukup signifikan.
Malaysia sudah mendekati 5.000 kWh per orang per tahun. Sementara itu Korea Selatan 10.000 kWh per orang per tahun.