Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rasio Kredit Bermasalah di Kaltim Berkurang

Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) perbankan di Kalimantan Timur berkurang menjelang kuartal akhir tahun ini sejalan dengan upaya restrukturisasi yang dilakukan kepada para nasabah.

Bisnis.com, BALIKPAPAN - Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) perbankan di Kalimantan Timur berkurang menjelang kuartal akhir tahun ini sejalan dengan upaya restrukturisasi yang dilakukan kepada para nasabah.

Kepala Bank Indonesia perwakilan Balikpapan Bimo Epyanto mengatakan tingkat NPL hingga kuartal III/2019 mengalami kenaikan tipis menjadi 3,81% dibandingkan dengan posisi pada kuartal sebelumnya sebesar 3,74%.

Meski demikian, lanjut Bimo dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (y-o-y), tingkat NPL mampu ditekan signifikan. Berdasarkan catatan Bank Indonesia, pada kuartal III/2018 NPL perbankan di Kaltim melampaui ambang batas mencapai 5,5%

"Ini berarti memang ada perbaikan yang dilakukan melalui strategi masing - masing perbankan," jelasnya Senin (18/11/2019).

Menurutnya, pengendalian tingkat kredit bermasalah tersebut agresif dilakukan oleh perbankan mendekati akhir tahun. Sejumlah upaya yang dilakukan meliputi memperpanjang jangka waktu pelunasan pinjaman nasabah.

Selain itu juga bisa dilakukan dengan melakukan penyesuaian terhadap tingkat suku bunga pinjaman. Strategi lainnya yang mungkin dilakukan dengan porsi pencadangan aset melalui penjaminan yang dilelang.

"NPL paling besar memang tidak lepas dari aktivitas yang berkaitan dengan sektor tambang," imbuhnya.

Sementara itu, penyaluran kredit juga mengalami perlambatan dengan pertumbuhan 8,43% hingga kuartal III/2019 dibandingkan dengan triwulan III/2018 sebesar 9,5%.

Hal tersebut tidak terlepas dari sumber utama pendapatan rumah tangga di Kaltim yang berasal dari ekspor pertambangan dan sawit. Berkurangnya pendapatan dari sektor usaha tersebut mendorong untuk membatasi porsi pengeluaran hingga akhirnya turut mempengaruhi porsi investasi.

Bimo menekankan BI cukup agresif menurunkan suku bungan acuan menuju level 5%. Kondisi tersebut diharapkan bisa diikuti oleh penurunan bunga kredit bank, yang akan membuat permintaan kredit perbankan naik. Supaya pertumbuhan ekonomi tedongkrak ke depannya.

Suku bunga kredit lazimnya memang mengalami penyesuaian lebih lama dibandingkan dengan suku bunga deposito.

"Suku bunga kredit saat ini cenderung masih stagnan. Turunnya malu-malu.Kami paham karena bagaimana juga harus ada asesment ekonomi. Ekonomi melambat. Resiko naik. Ketika resiko usaha meningkat kami kira wajar saja agak enggan menurunkan," tekannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper