Bisnis.com, BALIKPAPAN -- Balai Karantina Pertanian Balikpapan menyosialisasikan African Swine Fever (ASF) atau yang dikenal dengan demam babi afrika untuk mengantisipasi dampak kerugian ekonomi akibat wabah tersebut.
Manajer Badan Pertanian Balikpapan Bambang Erman mengatakan virus ini sangat mematikan pada babi, dengan tingkat kematian dapat mencapai 100% dan tentu saja menimbulkan kerugian ekonomi yang tinggi terutama bagi peternak babi.
"Wabah ini bisa menjadi ancaman serius jika tak dicegah sejak dini. Virus ini bersifat menular pada ternak hewan babi. Bahkan, menimbulkan kematian yang tinggi pada ternak babi," jelasnya Rabu (20/11/2019).
Kerugian besar dapat terjadi tentunya tidak terlepas dari populasi babi di Indonesia yang mencapai sekitar 8,5 juta ekor.
Bambang menambahkan, belum adanya vaksin yang efektif terhadap ASF menjadi salah satu permasalahan dalam mengendalikan wabah penyakit ASF.
Lalu lintas produk hewan asal babi serta sampah sisa makanan menjadi salah satu poin penting untuk pengendalian dan pencegahan.
"Karena penyakit ini menular ke babi melalui produk pangan asal babi serta sampah sisa makanan,"jelasnya.
Sementara itu, Kepala Balai Karantina Pertanian Balikpapan Abdul Rahman mengatakan, bahwa adanya sosialisasi ini merupakan upaya peningkatan kesadaran dan koordinasi bersama dengan instansi terkait, agen pelayaran, dan pihak swasta. Sebagai antisipasi masuknya ASF di Indonesia, khususnya Provinsi Kalimantan Timur.
Perkembangan terbaru dari Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan atau OIE terkait wabah ASF di beberapa negara seperti Asia, Afrika, dan Eropa menjadi sinyal penting untuk pemerintah untuk siaga terhadap ancaman masuknya penyakit tersebut.
Dalam sosialisasi kesiapsiaagan dini ini, disampaikan beberapa strategi penting yang perlu dilakukan dalam menghadapi ancaman ASF, diantaranya kesiagaan dini, Quarantine Health Control, Pre Shipment Inspection, Penilaian negara atau daerah asal, peningkatan pengawasan, pelarangan, tindakan karantina, dan pembatasan