Bisnis.com, BALIKPAPAN - Penyebaran pandemi virus Corona (Covid-19) terus meluas di Indonesia. Ini membuat sentimen perekonomian memburuk. Contohnya mata uang Rupiah anjlok hingga hampir mencapau angka Rp16.000 per satu dolar AS yang menjadi level terendah sejak Juni 1998.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Balikpapan, Yaser Arafat, mengatakan bahwa efek virus Corona sangat mengkhawatirkan. Indonesia yang sangat sensitif pada kondisi global pasti kena imbas.
“Bursa saham IHSG bertumbangan karena sangat rentan pada isu negatif. Dampaknya, produktivitas turun karena negara-negara fokus pada kesehatan manusia,” katanya di Balikpapan.
Yaser menjelaskan bahwa kini pelaku usaha hanya menunggu dan memantau keadaan atau wait and see. Sebagai negara yang mengandalkan sumber daya alam untuk pendapatan utama, semua kegiatan dihentikan sementara.
Harga minyak sedang turun. Sawit sedang lesu karena ditolak Eropa. Batu bara tidak bisa ekspor karena ada pembataasan ekonomi China. Akhirnya membuat persediaan berlebih.
Di sisi lain pemerintah mengeluarkan kebijakan yang dianggap Yaser setengah-setengah. Tidak memutuskan lockdown atau isolasi sepenuhnya, tapi juga tidak punya alternatif lain.
Baca Juga
Padahal, kepastian ini penting demi kepercayaan investasi. Negara tetangga, yaitu Malaysia sudah mengambil kebijakan lockdown. Begitu pula beberapa negara di Eropa seperti Prancis dan Italia. Itu dilakukan demi membersihkan virus Corona dari wilayah mereka.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) diminta untuk berani. Tidak boleh sampai terlambat. Diakuinya lockdown sangat berdampak bagi ekonomi. Akan tetapi bisa memberikan kepercayaan dunia.
Jangan sampai hanya di satu daerah isolasi tapi daerah lainnya tidak. Karena sama saja tidak membuat virus hilang. “Saya melihat lebih baik lockdown. Namun, dampaknya memang besar. Tapi lebih besar lagi kalau jumlahnya yang positif makin tidak karuan [banyak]. Maka suffer-nya lebih lama lagi,” jelasnya.