Bisnis.com, BALIKPAPAN –– Ekspor hasil tambang Kalimantan Timur mengalami penurunan signifikan hingga 53,89 persen dari US$2,86 miliar pada Juli 2022, menjadi US$1,32 miliar pada Juli 2023.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Yusniar Juliana menyatakan nilai ekspor hasil industri juga mengikuti dengan 45,75 persen dari US$538,42 juta pada tahun lalu menjadi US$292,07 juta.
“Sedangkan, hasil pertanian mengalami peningkatan sebesar 70,38 persen. Nilai ekspor hasil pertanian Juni 2023 sebesar US$0,57 juta, naik menjadi US$0,97 juta pada Juli 2023," ujarnya dalam rilis, Selasa (15/8/2023).
Dia mengungkapkan bahwa penurunan nilai ekspor disebabkan oleh turunnya ekspor baik pada komoditas migas maupun nonmigas.
Secara umum, nilai ekspor Kaltim pada Juli 2023 tercatat sebesar US$1,76 miliar, turun 9,85 persen dibandingkan dengan Juni 2023. Namun, jika dibandingkan dengan Juli 2022, nilai ekspor turun sebesar 51,09 persen.
Selama Januari hingga Juli 2023, nilai ekspor Kaltim tercatat sebesar US$16,31 miliar, atau turun 16,73 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2022. Sementara ekspor nonmigas turun sebesar 17,86 persen.
Pada periode Januari hingga Juli 2023, komoditas hasil tambang tetap menjadi andalan ekspor Kaltim dengan peranan sebesar 76,91 persen.
Yusniar menuturkan bahwa hasil industri berada pada posisi kedua dengan peranan sebesar 14,41 persen.
Sementara itu, pengamat ekonomi Universitas Mulawarman Hairul mengatakan Kaltim perlu melakukan transformasi ekonomi guna menghasilkan diversifikasi produk dan pasar ekspor.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan hasil tambang saja. Perlu mengembangkan produk-produk lain yang memiliki nilai tambah dan daya saing,” pungkasnya.