Bisnis.com, BALIKPAPAN — Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) yang masih mengandalkan batu bara sebagai komoditas ekspor nonmigas terbesar ini mesti menghadapi fakta pada Agustus 2023. Diketahui, nilai ekspor pada hasil tambang harus anjlok 50,79 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), disusul ekspor hasil industri yang turun 30,33 persen.
Sementara itu, nilai ekspor hasil pertanian dan hasil industri yang masing-masing mengalami peningkatan sebesar 140,91 persen dan 32,17 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim Yusniar Juliana menyatakan harga batu bara naik sedikit dari US$140,63 menjadi US$152,61 per metrik ton pada bulan Agustus 2023. Namun, dia menyebutkan level harga di tahun 2023 masih lebih rendah daripada tahun 2022.
“Hal yang sama berlaku untuk minyak mentah dan minyak kelapa sawit, yang mengalami kenaikan pada dua bulan terakhir, tetapi masih lebih rendah daripada tahun sebelumnya,” ujarnya yang dikutip dalam keterangan resmi, Senin (18/9/2023).
Meski demikian, batu bara masih menjadi komoditas ekspor nonmigas terbesar Provinsi Kaltim dengan peranan sebesar 74,81 persen terhadap total ekspor nonmigas pada Agustus 2023.
Secara kumulatif, nilai ekspor hasil tambang Provinsi Kaltim selama Januari-Agustus 2023 mencapai US$ 13,93 miliar atau turun sebesar 50,796 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022.
Baca Juga
Adapun, negara tujuan ekspor terbesar dari Provinsi Kaltim pada periode Januari hingga Agustus 2023 masih ditempati oleh Tiongkok dengan nilai ekspor sebesar US$5,32 miliar (31,78 persen), diikuti India dengan nilai sebesar US$2,26 miliar (13,53 persen), dan Filipina sebesar US$1,61 miliar (9,65 persen).
Yusniar mengungkapkan bahwa kinerja ekspor Kaltim dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti perlambatan ekonomi Tiongkok, mitra dagang utama, yang ditunjukkan oleh penurunan ekspor selama empat bulan berturut-turut dan pembatasan impor batu bara oleh India, mitra dagang kedua, karena stok yang mencukupi untuk kebutuhan listrik.
Hal tersebut diperparah dengan dinamika pasokan minyak mentah dunia, akibat isu pemangkasan produksi oleh Arab Saudi dan Rusia dan pergerakan kurs, yang berdampak pada daya saing produk ekspor Kalimantan Timur.