Bisnis.com, BALIKPAPAN — Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menggelar operasi pasar di 278 titik di seluruh wilayah provinsi.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop-UKM) Kaltim Heni Purwaningsih mengatakan, operasi pasar ini dilakukan bersama dengan pemerintah kabupaten/kota, Bulog, dan perusahaan-perusahaan terkait.
Dia menambahkan, operasi pasar ini merupakan salah satu strategi pemerintah daerah untuk mengatasi tantangan inflasi yang kerap terjadi saat musim liburan.
“Bersama pemerintah kabupaten/kota, Bulog dan perusahaan, Pemprov Kaltim mengadakan operasi pasar untuk menekan kenaikan harga bahan pokok. Total ada 278 lokasi operasi pasar,” ujarnya yang dikutip, Senin (18/12/2023).
Heni menjelaskan, beberapa faktor yang mempengaruhi inflasi di Kaltim antara lain adalah ketergantungan terhadap daerah penghasil sejumlah komoditas pangan, kondisi cuaca seperti El Nino, pengaruh harga Bahan Bakar Minyak (BBM), dan situasi konflik global.
Dia mengatakan, faktor-faktor ini menyebabkan harga sejumlah bahan pokok di Kaltim masuk dalam kategori tinggi, meskipun masih stabil.
Baca Juga
“Membuat Kaltim hingga kini memiliki tingkat inflasi tinggi namun kategori menengah. Juga cenderung kurang stabil karena bergantung dari daerah penghasil,” tuturnya.
Selain operasi pasar, Heni juga menyebutkan sejumlah upaya lain yang dilakukan oleh Pemprov Kaltim untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan pokok, di antaranya adalah memberikan subsidi angkutan kepada distributor pemasok bahan pokok ke Kaltim, dan menjalankan program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) bersama dengan Bulog.
Melalui program SPHP, Pemprov Kaltim dan Bulog menjual komoditas pangan seperti beras dengan harga murah di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) kepada masyarakat. Namun, pembelian beras ini dibatasi maksimal 10 kilogram per orang, untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan.
Selain beras, Heni menjelaskan harga gula pasir terpantau mengalami kenaikan hingga 17 persen di Kalimantan, termasuk di Kaltim.
“Kenaikan ini disebabkan oleh krisis produksi gula di India dan Vietnam, yang merupakan negara-negara penyuplai gula impor ke Indonesia. Namun, kami memastikan bahwa stok gula di Kaltim masih aman dan mencukupi,” jelasnya.
Heni berharap dengan langkah-langkah yang telah dilakukan, Pemprov Kaltim dapat menjaga stabilitas ekonomi di tengah tantangan inflasi dan dapat menciptakan kondisi ekonomi yang lebih baik dan berkelanjutan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kaltim.