Bisnis.com, PONTIANAK - Pemprov Kalimantan Barat mendorong industri perkebunan kelapa sawit bisa meningkatkan produktivitas minyak mentah sebanyak 4 ton/hektare setahun sesuai produksi nasional melalui program intensifikasi berkelanjutan.
Kepala Dinas Perkebunan Kalbar Florentinus Anum mengatakan, rerata panen buah komoditas tersebut dari Kalbar masih rendah yakni baru 2,27 ton crude palm oil (cpo) per tahun atau sebesar 56,97% dari produksi nasional.
"Saya menilai produktivitas sawit Kalbar buruk dibandingkan dari daerah lain karena masih dengan program ekstensifikasi. Rasionya 1:2 artinya Kalbar panen 1 lahan sementara daerah lain banyak yang sudah 2 lahan," kata Florentinus kepada Bisnis, Rabu (5/4/2017).
Dia melihat, persoalan masih rendahnya produktivitas komoditas kelapa sawit disebabkan beberapa hal, seperti penggunaan benih asal-asalan sehingga tidak sesuai dengan masa tanam komoditas tersebut padahal korporasi sudah mendapatkan izin usaha perkebunan.
Menurutnya, perusahaan perkebunan segera mengganti benih kelapa sawit yang bermutu tinggi dan bersertifikat nasional supaya masa tumbuh pohon tidak 5-6 tahun saja. Hal itu juga, terkait dengan budi daya yang berkualitas baik.
"Budi daya dengan baik itu seperti pemupukan tepat waktu sesuai kebutuhan tanaman tidak serampangan. Saya lihat juga aspek pemeliharaan masih rendah sampailah ke penanganan pasca panen," tuturnya.
Berikutnya, kata dia, untuk menambah produktivitas buah kelapa sawit juga dengan menjaga plasma mandiri dengan kesepakatan 20% wajib kepada petani mandiri.
Menurutnya, selama ini masih terjadi hingga sekarang tidak ada kesepakatan keuntungan kepada petani plasma yang mengakibatkan setelah selesai akad kredit dihadapkan pada 3 pilihan tidak melanjutkan penjualan buah ke perusahaan, menjual ke tengkulak atau lahan menjadi terlantar.
"Kebun jadi tidak terawat membuat produktivitas rendah. Sekarang memang masyarakat euforia ingin punya lahan sawit sendiri tapi perusahaan wajib membina mereka tidak boleh tanam di rawa atau kawasan hutan," ucapnya.
Anum menilai, jumlah produksi CPO yang rendah tidak sebanding dengan jumlah luas lahan kebun kelapa sawit yang hampir mendekati target provinsi. Saat ini, luas lahan lahan sudah mencapai 1,1 juta hektare dari target 2025 seluas 1,5 juta Ha.
Sekretaris Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kalbar Idwar Hanis mengatakan, masih rendah produktivitas panen kelapa sawit di Kalbar karena butuh waktu panjang untuk membiasakan pelaku usaha memelihara dan merawat kebun kelapa sawitnya sehingga memiliki hasil panen yang optimal.
"Begitu juga seperti pupuk, kualitas bibit perlu pemilihan yang jeli sampai teknologi yang bisa meningkatkan produksi. Kita harap maklum, kelapa sawit di Kalbar masih generasi pertama setelah itu mereka akan terbiasa mengenal kekurangan selama ini," tuturnya.