Bisnis.com, PONTIANAK - Kalimantan Barat mendesak Pelabuhan Internasional Kijing segera dibangun untuk menggairahkan iklim investasi yang baru di sektor industrihilir seperti minyak mentah kelapa sawit.
Wakil Gubernur Kalbar Christiandy Sandjaya mengatakan, kedua komoditas andalan Kalbar tersebut perlu dukungan pelabuhan internasional guna mengurangi beban biaya distribusi langsung ke negara tujuan sehingga berpengaruh terhadap peningkatan daya saing Kalbar.
“Saat Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi) datang ke sini kan, kita mendesak pembangunan pelabuhan yang bisa menjadi tempat sandaran kapal hingga di atas 20.000 ton bobot mati. Keluhan dari dunia usaha, pelabuhan kita hanya bisa menyandar kapal berbobot 3.000–5.000 ton,” kata Christiandy kepada Bisnis, belum lama ini.
Menurutnya, jika pelabuhan Internasional Kijing yang berlokasi di Kabupaten Mempawah selesai dibangun, biaya pengiriman hasil produksi crude palm oil (CPO) atau minyak mentah kelapa sawit dan karet dapat ditekan karena tidak lagi singgah terlebih dahulu di sejumlah pelabuhan di Tanah Air.
“Produksi CPO Kalbar luar biasa tinggi dan sejak 2008 kita (pemprov Kalbar) sudah minta pelabuhan dibangun. Kalau Kalbar yang membangun tidak mempunyai kemampuan (dana) APBD tidak mencapai itu (pembangunan pelabuhan),” ucapnya.
Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Kalbar Sri Jumiadatin mengatakan, realisasi Kalbar pada semester I/2016 sudah mencapai Rp12,17 triliun atau sebesar 68,45% dari target RPJMD yang mencapai Rp17,78 triliun pada 2016.
Menurutnya, perusahaan sektor perkebunan industri logam dasar dan industri makanan mendominasi penanaman modalnya dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) semester I/2016.
“Untuk PMDN perkebunan Rp1,56 triliun, realisasi investasi di sektor industri makanan mencapai Rp1,14 triliun, perumahan Rp177,80 miliar, industri kayu Rp122,63 miliar dan peternakan Rp39,99 miliar.”
Adapun PMA untuk sektor perkebunan Rp943,52 miliar dan tertinggi investasi berikutnya adalah industri logam dasar senilai Rp8,66 triliun, kehutanan Rp4,44 triliun, industri makanan Rp3,08 triliun dan pertambangan senilai Rp756,82 miliar.
“PT Well Harvest Winning Alumina Refinery adalah proyek strategis nasional di bidang pembuatan logam dasar bukan besi menyumbang 25% nilai realisasi investasi Kalbar dan sudah mulai berproduksi komersial tahap pertama jadi tidak tercatat lagi nilai realisasi investasinya,” ujarnya.