Bisnis.com, PONTIANAK – Indonesia bisa memperoleh dana segar senilai Rp500 triliun setiap tahun dari penjualan karbon apabila mampu menjaga lahan gambut tidak rusak dan berkomitmen mendorong pemanfaatan lahan gambut tidur menjadi area produktif pertanian.
Kepala Restorasi Gambut Indonesia Nazir Foead mengatakan, Rp500 triliun tersebut setara dengan 1 giga ton karbon jika Indonesia mampu melindungi 6,2 juta lahan gambut yang masih utuh atau tidak terbakar dari total luasan 14,9 juta lahan gambut di 7 provinsi.
“Perhatian kami (revolusi gambut) tahun ini di 4 kabupaten di Kalimantan Tengah, Sumatra Selatan dan Riau. Tahun depan baru mulai di Kalimantan Barat,” kata Nazir di sela diskusi Restorasi Gambut di Pontianak, Kamis (20/10/2016).
Nazir mengutarakan, selain melindungi gambut agar tidak rusak memang diperlukan komitmen kuat dari seluruh pengambil kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah di 7 provinsi yang menjadi fokus lokasi BRG dalam mengelola gambut dengan melibatkan petani dan masyarakat setempat.
Petani, menurutnya, mesti didorong terus untuk bercocok tanam mengelola tumbuhan yang cocok dengan tanah gambut seperti aloevera dan nanas, seperti yang dilakukan oleh petani di Pontianak.
Adapula tanaman lain yang bisa dikembangkan di gambut seperti sagu, kopi jenis liberika, dan kelapa dalam.
“Di Kalbar ada 660.000 Ha lahan gambut terbakar dan rusak dari total 1,6 juta lahan gambut. Arahnya ke depan, kita perbaiki tata air, tanami sesuatu karena kalau ada tanaman tertutup kelembapan terjaga. Kalau tidak ditanami musim kemarau lebih cepat kering,” ucapnya.
Sementara secara nasional, program restorasi gambut sudah membersihkan 15.000 kanal dengan sekat dan penimbunan kanal. Di samping itu, BRG juga membuat 1.300 sumur bor berfungsi pembasahan lahan, pembibitan dan penanaman kembali.
Langkah di atas dilakukan BRG di 7 provinsi, yakni Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Papua. “Jadi pada 2020 nanti, market sudah siap, Indonesia bisa jual karbon.”
Wakil Gubernur Kalbar Christiandy Sandjaya mengutarakan, Kalbar berkomitmen untuk tidak membuka area gambut yang merusak ekosistem gambut dan turut mendorong manfaat emisi dari gambut dengan melakukan restorasi gambut supaya tidak mudah terbakar.
“Di sini ada Siantan lahan gambut untuk lidah buaya dan papaya, kemudian ada juga di Rasau, Kabupaten Kubu Raya. Kalbar juga memiliki area gambut yang luas dan ingin berkontribusi untuk global," ucapnya.
Berdasarkan data BRG untuk lokasi restorasi di Kalbar pada 2017 seluas 57.163 Ha terdiri dari Kabupaten Mempawah seluas 5.312 Ha dan area pemanfaatan lahan (APL) 91 Ha, Kabupaten Kubu Raya seluas 48.763 Ha dengan luas APL 19.086 Ha dan Kabupaten Landak seluas 3.088 Ha dengan luas 887 Ha.
Indonesia Bisa Raup Rp500 Triliun per Tahun
Kepala Restorasi Gambut Indonesia Nazir Foead mengatakan, Rp500 triliun tersebut setara dengan 1 giga ton karbon jika Indonesia mampu melindungi 6,2 juta lahan gambut yang masih utuh atau tidak terbakar dari total luasan 14,9 juta lahan gambut di 7 provinsi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Yanuarius Viodeogo
Editor : Yoseph Pencawan
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
44 menit yang lalu
Kode Keras JP Morgan untuk Saham GOTO
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
18 jam yang lalu
Nominal Transaksi QRIS di Kaltim Meningkat 205%
2 hari yang lalu