Minimal sebulan sekali, warga Kampung Paiwis Hilir memangkas dan menebas semak-semak yang meninggi di bibir parit. Matahari baru lepas dari mentari timur, pada Kamis (22/12) lalu, warga sudah selesai memungut sampah dan menyapu potongan rumput di tepi jalan beraspal.
Gotong royong kini rutin dilaksanakan semenjak kampung itu dicanangkan sebagai program Kampung Keluarga Berencana (KB) oleh Badan Kependudukan Keluarga Berencana (BKKBN) Kalbar.
Program Kampung KB tidak cuma gotong royong saja, ada seabrek program lain yang melibatkan warga dan tentu langsung menyentuh persoalan sosial dan ekonomi dari kampung ini.
Kampung Paiwis Hilir, berada di Kecamatan Jelimpo, Kabupaten Landak. Salah satu kampung, di antara 18 kampung yang ada di provinsi ini yang ditetapkan sebagai Kampung KB.
Warga juga membuat pekarangan rumah menjadi area produktif. Ada tanaman obat dapur seperti jahe, lengkuas, bahkan sayur-sayuran seperti daun bawang, cabai. Semua berjejer di samping kiri-kanan dan depan rumah.
“Masyarakat jadi antusias gotong royong, karena kami tidak hanya mengenalkan cara bereproduksi tapi mengajari masyarakat bertanam, membuat tong sampah, bikin gapura, membuat nama gang, memperbaiki jalan berlubang, dan perbaikan jalan,” kata Laong, Kepala Desa Paiwis Hilir.
Semangat menciptakan kebersamaan antara warga dengan mendorong supaya lingkungan tetap terawat itulah, yang dijaga terus oleh pengurus Desa Paiwis Hilir. Sembari mengingatkan para orang tua untuk tidak cepat-cepat menikahkan remajanya. Pendidikan adalah hal utama.
Tidak hanya untuk para remaja. Melalui peraturan desa (Perdes), untuk yang sekolah dasar dan menengah pertama wajib berada di rumah pada pukul 18.00-20.00 Wib, tak lain adalah untuk belajar.
Sehingga angka putus sekolah dan pernikahan dini belakangan ini sudah berkurang drastis di kampung yang dipimpinnya. Sebelum Perdes dikeluarkan pada 2014 lalu, angka pernikahan dini cukup tinggi.
Keberhasilan dan perubahan dari kampung Paiwis Hilir bukan tanpa kemauan keras warganya. Semua itu bermula dari masuknya program Kampung KB. Program ini seolah-olah menjadi stimulus warga untuk membenahi berbagai aspek kehidupan.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Kalbar Kusmana mengatakan Kampung KB, awalnya bertujuan untuk mengenalkan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) saja.
Selama ini, warga hanya mengenal alat kontrasepsi yaitu, suntik dan pil KB. Namun, keduanya hanya untuk jangka pendek dan pasangan berpotensi memiliki keturunan lagi.
“Kampung KB adalah trigger untuk program-program lain masuk ke desa ini. Potensi-potensi lain bisa digarap seperti wisata, jalan beton, jembatan rusak diperbaiki, hasil-hasil alam bisa dijual keluar dari kampung ini, penyuluh dan tenaga medis bisa masuk ke sini,” kata Kusmana.
Kampung KB, menurutnya, menjadi ‘roh’ masyarakat lebih guyub atau dengan kata lain, menyatukan kembali keakraban, ajakan-ajakan bermusyawarah hidup lagi, jiwa agraria muncul seperti menanam sayur-sayuran sekaligus memelihara ikan.
Sekarang Kalbar memiliki 18 Kampung KB dari 14 kabupaten dan kota. Provinsi ini termasuk yang memiliki partisipasi Kampung KB tertinggi di Indonesia. Satu kabupaten sudah memiliki satu Kampung KB.
Kriteria melegitimasi suatu desa menjadi Kampung KB berdasarkan penilaian BKKBN. Namun, menurut Kusuma, ada satu desa bernama Desa Limbung, di Kabupaten Kubu Raya yang mengusulkan diri ke BKKBN supaya menjadi Kampung KB.
“Kampung ini sangat dekat dengan pusat kota (Pontianak) tetapi di sini, banyak remaja menikah usia dini,” tutur Kepala Desa Limbung, Tajudin.
Setelah Kampung KB diterima masyarakat, mewakili Kabupaten Kubu Raya, Desa Limbung dan Desa Mekarsari dinobatkan sebagai desa terbaik se-Indonesia sebagai desa Keluarga Berencana, baru-baru ini.