PONTIANAK – Seorang jenderal bintang dua, Angkatan Tentara Malaysia (ATM) dari Serawak Malaysia, baru saja tiba di Alun-Alun Kapuas, Pontianak. Dia menuruni anak tangga kecil kayu dari kapal bandong.
Mejar Jeneral Datuk Stephen Mundaw, yang merupakan Panglima 1 Divisyen ATM adalah satu dari 63 peserta yang menyelesaikan river cruise adventure Danau Sentarum-Sungai Kapuas 2017.
Dia berbaur bersama peserta lainnya untuk menjelajahi Danau Sentarum dan Sungai Kapuas menggunakan kapalbandong berukuran 27 meter dan panjang 8 meter.
Peserta di dalam kapal ada yang berasal dari Kuching, Sibu, Miri, dan Sabah, notabene merupakan provinsi-provinsi di negara bagian Serawak Malaysia Timur.
Bahkan ada 2 warga negara dari Brunei Darussalam dan 4 orang dari Jakarta mengikuti pengalaman wisata air ini.Mereka memiliki profesi pekerjaan berbeda-beda dari hakim, pengacara, dosen, pegawai pemerintahan, artis, dan pengusaha.
Penyelenggara antara Indonesia dan Malaysia ingin membuat event ini supaya masyarakat negeri jiran bisa melihat langsung dan berpetualang menyusuri hulu sungai terpanjang di Tanah Air dan aneka flora dan fauna Danau Sentarum menggunakan kapal bandong.
Kapal ini mirip rumah yang terbuat dari kayu. Sebelum adanya jalan darat, kapal bandong menjadi transportasi utama bagi warga dari Kota Pontianak yang hendak menuju ke hulu sungai Kapuas dan begitu sebaliknya.
Namun, seiring mudahnya akses jalan darat yang telah beraspal, maka kapal ini pun beralih berfungsi semula untuk mengangkut orang, kini untuk membawa barang-barang sembilan bahan pokok, bahan bangunan, pupuk tanaman serta alat pertanian.
Peserta memulai perjalanan dari Kecamatan Landjak, Kapuas Hulu pada 27 Januari 2017, sebagai lokasi keberadaan Danau Sentarum. Danau ini, konon merupakan rawa basah tertua di Indonesia yang memiliki banyak habitat ikan Arwana merah.
Untuk mengobati rasa bosan selama 4 hari di atas sungai, peserta bernyanyi bersama dengan iringan gitar akustik dan menari beramai-ramai. Sementara lainnya, ada yang memotret burung-burung langka hinggap di kiri kanan pohon, dan bercengkerama dengan masyarakat di tepi Sungai Kapuas.
Perjalanan menjadi tidak suntuk karena kapal mampir di setiap ibu kota kabupaten. Ada beragam cerita menarik dan unik sendiri. Salah satunya, di Kabupaten Sekadau, mereka tiba pada pukul 03.00 Wib subuh dan disuguhi buah durian oleh masyarakat setempat.
Di setiap kabupaten kehadiran mereka diterima oleh Bupati Kapuas Hulu, Wakil Bupati Sintang, Bupati Sanggau dan Sekadau, Kabid Pariwisata Dinas Olahraga dan Pariwisata Kubu Raya dan Wakil Wali Kota Pontianak.
“Ini perjalanan istimewa karena menyatukan persekutuan. Kami menyaksikan sendiri pemandangan indah sepanjang sungai Kapuas dan di Danau Sentarum. Kami saling mengenal satu sama lain dan disambut dengan meriah oleh warga di setiap kabupaten-kabupaten,” kata Mejar Jeneral Stephen.
Stephen berjanji akan ikut kembali menjadi peserta jika panitia kedua negara Indonesia dan Malaysia menyelenggarakan kegiatan serupa pada tahun mendatang.
“Karena ini kesempatan langka untuk saling silahturahmi dan mengenal sesama serumpun yang memiliki adat dan tradisi budaya yang sama. Saya pastikan mau ikut lagi tahun depan,” tuturnya.
Pengajar dari sebuah sekolah tinggi teknik di Miri, Serawak Malaysia bernama Apai Keling mengatakan, pengalaman ini memberikan tantangan dan adrenalin yang tinggi.
Dia bercerita dalam satu perjalanan mereka terpaksa berhenti selama 1 jam karena terjadi hujan deras sehingga membuat pandangan nahkoda kapal terhalangi. “Kami berhenti di tebing satu jam sampai hujan berhenti dan bisa melanjutkan perjalanan.”
Kendati sering mengunjungi Kota Pontianak, tetapi berlama-lama bersama para petualang lainnya di dek kapal ini,adalah pengalaman pertama yang paling berkesan bagi pria berumur 40 tahun itu.
Dia berharap semakin banyak peserta tahun depan dari serawak yang tertarik mengunjungi Kota Pontianakmenggunakan kapal bandong sambil memotret keindahan hutan dan sungai tersebut.