Bisnis.com, JAKARTA--Sebanyak tujuh perusahaan yang sebelumnya pernah mengikuti lelang proyek kilang menyatakan minat untuk menjadi mitra PT Pertamina (persero) dalam proyek Kilang Bontang yang ditugaskan pemerintah.
Senior Vice President Business Development Direktorat Mega Proyek Kilang dan Petrokimia Pertamina Iriawan Yulianto mengatakan sebelum melakukan penawaran proyek atau project expose terhadap proyek kilang berkapasitas 300.000 barel per hari (bph) itu pada 28 Februari, pihaknya telah mengundang calon mitra strategis baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri.
Adapun, telah didapatkan tujuh perusahaan mendapat undangan khusus karena pernah mengikuti lelang proyek kilang sebelumnya. Ketujuh perusahaan ini, kata Irawan, merupakan perusahaan migas internasional yang siap menjadi mitra dalam proyek Kilang Bontang. Sementara, terdapat 50 perusahaan dari luar dan dalam negeri terjaring setelah dilakukan pengumuman melalui media cetak.
Sebelumnya, pada lelang proyek Kilang Tuban terdapat beberapa perusahaan yang terlibat yakni Saudi Aramco asal Arab, CNOOC asal China, Kuwait Petroleum International (KPI) asal Kuwait serta PTT Global Chemical Public Company Limited yang akan berkonsorsium dengan Thai Oil asal Thailand dan Rosneft asal Rusia yang kini menjadi mitra perseroan di Kilang Tuban.
"Yang jelas tujuh perusahaan tadi perusahaan minyak dunia semua, dari luar semua. 50 perusahaan mix, ada yang dari luar [negeri], ada yang dari dalam [negeri] mulai dari perusahaan trading, investor semua tipe perusahaan dipersilakan," ujarnya dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (24/2).
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Mega Proyek Kilang dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan calon mitra yang dicari memiliki beberapa kriteria seperti memiliki rekam jejak yang baik di lini usaha pengolahan minyak, khusunya teruji keandalannya dari aspek operasional dan eksekusi proyek/
Kriteria lainnya, perusahaan dapat menyesuaikan struktur dan model bisnis yang dikehendaki perseroan, memiliki komitmen untuk melakukan percepatan karena proyek ditargetkan rampung pada 2023 serta memberikan nilai tambah bagi proyek.
Pihaknya pun berharap agar mitra strategis berperan dalam penyediaan minyak mentah dan pendanaan. Pasalnya, pada tahap awal perseroan hanya akan menguasai saham sebesar 5% hingga 25%.
Kemampuan penguasaan pasar di luar negeri seperti Australia, Papua Nugini, Selandia Baru dan Filipina juga diharapkan agar bisa mendistribusikan produk bila volume produk berlebih. Dia memperkirakan, saat beroperasi, 35% pasokan solar Kilang Bontang akan diekspor karena penyerapan yang rendah di dalam negeri.
Di sisi lain, untuk proyek lain yang akan dihasilkan seperti gasoline series akan diserap sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, begitu pula dengan liquefied petroleum gas (LPG) dan petrokimia kendati belum bisa disebutkan berapa volume yang mungkin dihasilkan.