Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Petani Sawit Swadaya di Sintang Kembangkan Komoditas Alternatif

WWF Indonesia bersama Departemen Agribisnis Universitas Tanjungpura Pontianak mengkaji strategi pengembangan komoditas alternatif untuk petani kelapa sawit swadaya yang sudah dikembangkan oleh Koperasi Produksi Rimba Harapan di Kabupaten Sintang.

Bisnis.com, PONTIANAK – WWF Indonesia bersama Departemen Agribisnis Universitas Tanjungpura Pontianak mengkaji strategi pengembangan komoditas alternatif untuk petani kelapa sawit swadaya yang sudah dikembangkan oleh Koperasi Produksi Rimba Harapan di Kabupaten Sintang.

Social Economy Officer WWF Indonesia Kalimantan Barat Faiza Libby Shabira Lubis mengatakan, strateginya adalah menggarap perkebunan atau peternakan komoditas alternatif sejak pemilihan bibit, menanam, merawat hingga pemasaran.

“Ada lima komoditas alternatif terpilih yang berpotensi mampu menopang perekonomian masyarakat yakni, ayam petelur, ayam kampung unggul dari badan penelitian pertanian, pisang nipah emas, jambu kristal, dan karet,” kata Faiza dari keterangan pers diterima Bisnis, Senin (9/10/2017).

Dia mengatakan, pengembangan komoditas-komoditas tersebut disesuaikan kemampuan dan pengalaman petani dibuat se-efisien dan se-efektif mungkin sehingga mereka dapat menerapkan pengembangan komoditi secara mandiri.

Oleh karena itu, digelar pelatihan di koperasi tersebut yang masih berlangsung saat ini hingga 15 Oktober 2017 nanti dengan tujuan meningkatkan kapasitas petani dalam pemahaman tentang cara pengelolaan, masalah yang akan dihadapi, dan solusi terbaik yang mudah dilakukan oleh petani.

Ketua Koperasi Produksi Rimba Harapan Suratno Warsito mengatakan pelatihan pembudidayaan ini penting dilakukan agar petani dapat mengelola lahan pertanian dan peternakannya secara intensif.

“Produktivitas pertanian komoditi alternatif ini diusahakan menjadi tabungan petani saat menghadapi replanting. Jadi, kemiskinan akibat replanting yang pernah terjadi pada 1980-an tidak perlu berulang,” katanya.

Menurut Suratno, hal ini terjadi lantaran ketidaksiapan petani menghadapi upaya pengembalian produktivitas lahan kelapa sawit yang bisa berlangsung selama 3-4 tahun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper