Bisnis.com, SAMARINDA -- PT Farmasi Sido Muncul Tbk. perusahaan industri obat-obatan tradisional menggelar seminar herbal di Universitas Mulawarman.
Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, Irwan Hidayat mengatakan, seminar herbal seperti ini diharapkan akademisi kedokteran terdorong untuk terus melakukan penelitian tanaman obat secara ilmiah. Tidak hanya bergantung kepada obat modern yang berbasis kimia.
"Selain itu kami juga ingin dunia kedokteran mendapat wawasan mengenai industri jamu, penelitian yang kami lakukan untuk mengembangkan produk, dan penggunaan jamu untuk pelayanan kesehatan," kata Irwan di Gedung Rektorat Lantai 4 Universitas Mulawarman, Sabtu (23/3/2019).
Irwan menyatakan Indonesia merupakan salah satu negara megadiversiti terbesar di dunia. Dari 40 ribu spesies tanaman obat, sekitar 30ribu spesies berada di Indonesia.
Dari jumlah tersebut sebanyak 9.600 diantaranya memiliki khasiat obat dan baru sekitar 200 spesies dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
Menurut data WHO 2005 diperkirakan sebanyak 75-80% penduduk dunia pernah menggunakan obat-obatan herbal. Saat ini para praktisi medis dan farmasi terus melakukan penelitian lebih lanjut untuk mendalami dan membuktikan tingkat keberhasilan obat-obatan herbal yang disebut dengan herbal medik.
Irwab berharap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang herbal perlu terus dilakukan oleh pemerintah, akademisi, dunia usaha, dan masyarakat yaitu saintifikasi jamu dalam hal ini penelitian berbasis kesehatan.
Untuk menggelar acara ini PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk bekerja sama dengan Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Ikatan Apoteker Indonesia, dan Ikatan Dokter Indonesia mengadakan Seminar Herbal di Ruang Rektorat Universitas Mulawarman.
Seminar ini mengusung tema “Potensi dalam Pemanfaatan Produk Farmasi Herbal untuk Indonesia Sehat dan Sejahtera” ini dihadiri 350 peserta dari kalangan kedokteran, peneliti, dan mahasiwa.
Adapun sesi pertama seminar dibuka oleh Laode Rijai, selaku Dekan dan Pendiri Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman.
Selanjutnya pada sesi kedua, seminar dimulai oleh Ina Rosalina, selaku Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional Kemenkes, dan Maya Gustina Andarini, selaku Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik BPOM RI.
Pada sesi ketiga, dibawa oleh Ipang Djunarko, dari Fakultas Farmasi, Universitas Sanatha Dharma, dilanjutkan oleh Edi Dharmana, selaku Imunolog Peneliti Herbal, Guru Besar Universitas Diponegoro, dan diakhiri oleh Asep Gana Suganda, dari Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung.
Adapun beberapa materi yang disampaikan para pembicara antara lain; 'Stategi Perwujudan Keunggulan Universitas Mulawarman dalam Pemanfaatan Sumberdaya Alam Tropis sebagai Produk Farmasi untuk Kesehatan dan Lapangan Kerja Masyarakat', 'Industri Herbal Berbasis Good Manufacturing Practices (GMP)', 'Percepatan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Tradisional', 'Kebijakan Pengawasan Obat Tradisional Indonesia', 'Uji Toksisitas Subkronis Tolak Angin Cair', 'Uji Manfaat Tolak Angin", serta 'Perkembangan Terkini Prospek Pemanfaatan Sumber Daya Alam sebagai Produk Farmasi untuk Kesehatan dan Lapangan Kerja.'
Seminar Herbal di Samarinda ini merupakan seminar ke-43 kali yang diselenggarakan Sido Muncul sejak 2007. Kota-kota yang juga pernah dilakukan seminar herbal adalah Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Ungaran, Yogyakarta, Medan, Lampung, Pekanbaru, Padang, Palembang, Solo, Makassar, Surabaya, Jombang, Batam, Magelang, Banjarmasin, Bali, Malang, Pontianak dan Manado.