Bisnis.com, NUNUKAN - Kantor PT PLN di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, didatangi masyarakat dan puluhan mahasiswa, Selasa (8/10/2019). Mereka menggelar orasi mengusung empat tuntutan.
Aksi unjuk rasa puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Perbatasan (Ampera) dan masyarakat ini dijaga ketat aparat kepolisian dan petugas Satpol PP.
Saat pengunjuk rasa tiba di depan pintu masuk Kantor PLN Nunukan, tampak dua lapis aparat kepolisian membuat pagar betis. Polisi wanita (Polwan) berada di barisan depan.
Menggunakan kendaraan roda empat pick up warna hitam, unjuk rasa yang dimotori Ampera ini meminta manager PT PLN Area Berau segera menormalisasi krisis listrik di Kabupaten Nunukan.
Kemudian, meminta PT PLN UPL Nunukan melakukan transparansi data terkait krisis listrik di daerah itu, mendesak adanya kompensasi atas kerugian yang dialami masyarakat dan meminta transparansi kinerja pemda dan DPRD terkait krisis listrik di daerah itu.
Mahasiswa dan masyarakat yang berunjuk rasa juga meminta Kepala UPL PLN Nunukan yang baru segera menemui mereka. Kepala UPL PLN diminta memberikan penjelasan terkait tuntutan yang diajukan pengunjuk rasa.
Kepala UPL PLN Nunukan Rachmad Adi Widodo menemui pengunjuk rasa dikawal langsung oleh Wakapolres Nunukan Kompol Imam Muhadi.
Di hadapan pengunjuk rasa, Rachmad meminta perwakilan mahasiswa dan masyarakat untuk berdialog di dalam kantornya.
Akhirnya lima perwakilan mahasiswa dan dua dari masyarakat menerima permintaan tersebut. Mereka pun berdialog selama satu jam.
Selama dialog mahasiswa dan masyarakat tetap mempertegas tuntutannya hingga PT PLN UPL Nunukan memberikan jawaban.
Rachmad menyatakan bahwa pemberian kompensasi tidak serta merta diberikan kepada pelanggan yang mengalami kerugian akibat pemadaman listrik.
Ketentuannya telah diatur dalam peraturan Menteri ESDM. "Masalah pemberian kompensasi sudah pakem diatur dalam Permen ESDM. Jadi tidak semua kerugian pelanggan diberikan ganti rugi," ucap Rachmad.
Rachmad juga menjawab tuntutan lain dari mahasiswa dan masyarakat yang meminta penjelasan soal tiga mesin yang didatangkan dari Batu Sopang, Balikpapan.
"Kenapa bukan mesin baru sekalian yang didatangkan supaya tidak selalu rusak-rusak lagi. Takutnya mesin tersebut baru beroperasi tiba-tiba rusak lagi. Pasti dilakukan pemadaman listrik lagi," kata seorang pengunjuk rasa dari GMKI Nunukan.
Rachmad mengatakan bahwa ketiga mesin yang didatangkan dari Batu Sopang itu memang pernah beroperasi. Tetapi Rachmad menjamin mesin tersebut masih layak dioperasikan.
Kenapa bukan mesin baru? Ia menegaskan, jika mesin baru maka perlu dilakukan pelelangan lagi di PT PLN pusat. Tentunya membutuhkan waktu yang cukup lama.
Disebutkan Rachmad ketiga mesin yang didatangkan untuk Pulau Sebatik ini merupakan antisipasi jangka pendek saja agar pemadaman listrik tidak berkepanjangan.
Rachmad mengaku mendapatkan informasi ketiga mesin pembangkit itu saat ini telah dekat dari perairan Pulau Sebatik.
"Semoga satu dua hari ini sudah sampai di Pulai Sebatik dan langsung dipasang, dioperasikan. Pemasangan ketiga mesin pembangkit ini akan dipasang satu per satu," ucap Rachmad.