Bisnis.com, BALIKPAPAN –- Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur (BPS Kaltim) mencatat inflasi sebesar 0,17 persen sepanjang Oktober 2022.
Kepala BPS Kaltim Yusniar Juliana menyatakan apabila dilihat secara tahun kalender, inflasi di Kaltim sebesar 4,94 persen (year-to-date/ytd) dan tahun ke tahun mencapai 5,84 persen(year-on-year/yoy).
“Untuk inflasi dari tahun ke tahun pada Oktober 2022 menjadi yang tertinggi selama periode tiga tahun terakhir yaitu sejak 2020 hingga tahun 2022,” ujarnya dalam rilis kepada media, Selasa (1/11/2022).
Dia menambahkan, terdapat 7 kelompok mengalami inflasi dan 4 kelompok mengalami deflasi dari 11 kelompok pengeluaran.
“Tiga kelompok yang mengalami inflasi cukup tinggi secara yoy, yaitu kelompok transportasi sebesar 16,58 persen, kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 7,69 persen dan kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 5,85 persen,” katanya.
Menurut komoditasnya, terdapat lima komoditas yang menyumbang andil paling besar dalam pembentukan inflasi a.l nasi dengan lauk, daging ayam ras, bensin, bayam dan soto secara bulanan.
Di sisi lain, terdapat lima komoditas yang menyumbang deflasi terbesar, yaitu bawang merah, cabai merah, telur ayam ras, minyak goreng dan cabai rawit.
Lebih lanjut, perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga.
Yusniar mengungkapkan bahwa dari 12 kota IHK di Pulau Kalimantan menunjukkan bahwa terjadi inflasi di semua kabupaten-kota, dimana inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Selor dengan inflasi sebesar 0,32 persen dan inflasi terendah terjadi di Tarakan sebesar 0,16 persen pada Oktober 2022.
Sementara, Wakil Wali Kota Samarinda Rusmadi mengarahkan sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah untuk intens melakukan rapat seminggu sekali.
Selain itu, Rusmadi meminta agar dana Belanja Tak Terduga (BTT) segera direalisasikan dalam bantuan sosial untuk membantu warga yang rentan terhadap dampak inflasi.
Adapun, dia menuturkan bahwa Pemkot Samarinda akan memperhitungkan alokasi subsidi dalam anggaran perubahan atau anggaran 2023 untuk menjaga harga bahan kedelai.
“Karena di pasaran bentuk tempe sudah mulai tipis-tipis jadi perlu bagi pemerintah agar bisa melakukan intervensi harga agar produksi komoditas ini tetap terjaga,” pungkasnya.