Bisnis.com, BALIKPAPAN –– Bank Indonesia menyebutkan lapangan usaha (LU) perdagangan besar dan eceran perlu mendapat perhatian agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar).
Berdasarkan analisis pemetaan matriks komponen sisi penawaran, terdapat satu LU yang termasuk dalam pemetaan kuadran potensial dengan persentase pertumbuhan dan pangsa yang melebihi rata-rata seluruh lapangan usaha pada triwulan berjalan, yaitu perdagangan besar dan eceran pada kuartal III/2022.
“Pemetaan kuadran ini dilakukan bersama dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dengan tujuan untuk memahami sektor usaha yang perlu mendapat perhatian agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi,” dikutip dari Laporan Perekonomian Kalbar, Senin (26/12/2022).
Kinerja LU perdagangan besar dan eceran terpantau melanjutkan tren pertumbuhan walau melambat dari kuartal sebelumnya yaitu dari 19,47 persen secara tahunan (yoy) menjadi sebesar 15,23 persen (yoy).
Kinerja LU perdagangan besar dan eceran ini sejalan dengan konsumsi rumah tangga dan mobilitas masyarakat di tengah optimisme yang terjaga, pelonggaran kebijakan restriksi sosial, dan perbatasan antar negara yang telah dibuka.
Kinerja LU perdagangan besar dan eceran yang tetap tinggi tercermin dari mobilitas masyarakat ke pusat-pusat perdagangan di Kalbar, diantaranya yaitu ke grocery & pharmacy dan retail & recreation yang tercatat dengan indeks +32,00% dan +4,65% pada kuartal III/2022.
Adapun, peningkatan mobilitas ini tidak lepas dari percepatan vaksinasi di Kalbar dan keyakinan konsumen yang terjaga yang tercatat sebesar 136,5 pada kuartal III/2022.
Di sisi lain, kinerja baik LU perdagangan besar dan eceran turut dipicu oleh peningkatan kredit konsumsi yang tumbuh 14,07 persen (yoy) atau lebih tinggi dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 12,33 persen (yoy).
Adapun, peningkatan pertumbuhan kredit kendaraan ditopang oleh peningkatan kinerja kredit kendaraan bermotor roda 2 dan roda 4 (KKB R2 dan R4) di Kalbar dan kredit multiguna yang masing-masing meningkat dari 12,92 persen (yoy) dan 13,56 persen (yoy) pada kuartal sebelumnya menjadi 21,24 persen (yoy) dan 15,35 persen (yoy) pada kuartal III/2022.