Bisnis.com, BALIKPAPAN –– Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) mencatat 1.436 balita mengalami stunting.
Sementara itu, ada 700 ibu hamil yang berisiko stunting, dimana angka stunting mencapai 19 persen pada tahun 2022.
Kepala DP3AKB Kota Balikpapan Alwiati menyatakan pemerintah kota telah bekerja sama dengan Ikatan Istri Dokter Indonesia dan rumah zakat untuk membantu keluarga yang berisiko stunting dan berupaya menurunkan risiko secara keseluruhan.
Selain itu, pemerintah juga telah menerima bantuan dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Provinsi Kalimantan Timur untuk 50 orang sasaran, terutama di wilayah Kariangau.
Dia mengungkapkan bahwa, program "satu telur satu hari" diharapkan dapat dijalankan untuk mendukung penurunan angka stunting di kota ini.
“Kita harus menurunkan dibawah 17 persen, tahun 2021 lalu Balikpapan diangka 17 persen, kemudian naik di 2022 menjadi 19 persen, di target nasional pada 2024 harus 14 persen,” ujarnya di Balikpapan, Kamis (30/3/2023).
Alwiati menjelaskan bahwa upaya pencegahan stunting tidak hanya ditujukan kepada balita, tetapi juga melibatkan ibu hamil dan calon pengantin yang akan menikah.
Menurut data yang dihimpun oleh DP3AKB, daerah yang paling dominan ditemukan kasus stunting adalah Kelurahan Damai dan Kelurahan Sepinggan, dengan Kecamatan Balikpapan Selatan sebagai lokasi terbanyak.
Penyebab utama stunting di daerah ini meliputi pola asuh balita, faktor ekonomi, dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan tempat tinggal.
Adapun, dia berharap dukungan dan partisipasi masyarakat untuk membantu keluarga yang berisiko stunting agar dapat menurunkan angka stunting sesuai target nasional.