Bisnis.com, BALIKPAPAN – Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak optimistis mampu mempercepat penurunan angka stunting.
Penjabat (Pj) Wali Kota Pontianak Ani Sofian menyatakan telah terjadi penurunan signifikan dari tahun ke tahun. Mulanya, angka stunting tercatat 24,4% pada tahun 2021, turun menjadi 19,7% pada tahun 2022, dan berhasil ditekan lebih lanjut menjadi 16,7% pada tahun 2023.
"Mudah-mudahan target 14% di akhir 2024 bisa terealisasi, apalagi Kota Pontianak sempat mendapat insentif fiskal dari pemerintah pusat," ujarnya di Pontianak, Kamis (5/9/2024).
Sejalan dengan itu, Pemkot Pontianak juga menargetkan penurunan prevalensi stunting balita menjadi 14% di tahun 2024 yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Ani mengungkapkan bahwa berbagai langkah strategis telah dilakukan untuk mewujudkan target ini.
"Antara lain, ditetapkannya Peraturan Wali Kota Pontianak Nomor 18 Tahun 2022 tentang percepatan pencegahan dan penurunan stunting di Kota Pontianak, serta penyusunan rencana aksi percepatan penurunan stunting sebagai bagian dari implementasi aksi konvergensi penurunan stunting," ungkapnya.
Baca Juga
Lebih jauh, Ani Sofian menjelaskan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) telah dibentuk mulai dari tingkat kota hingga kelurahan.
Selain itu, rembuk stunting tingkat kota dan kecamatan rutin digelar, dan tim pendamping keluarga dikerahkan ke lapangan untuk mendampingi keluarga berisiko stunting.
"Tak kalah pentingnya, program-program dengan sasaran seribu hari pertama kehidupan dengan keterlibatan pentahelix pemangku kepentingan, termasuk organisasi masyarakat seperti PKK, CSR perusahaan, media massa, dan akademisi," jelasnya.
Selain itu, Pemkot Pontianak juga menginisiasi inovasi intervensi spesifik dalam rangka penurunan stunting.
Intervensi ini mencakup pelayanan kesehatan terpadu bagi calon pengantin, pelayanan kesehatan bagi remaja putri untuk mencegah anemia sejak dini melalui pemberian tablet tambah darah, serta pendampingan ibu hamil oleh tenaga kesehatan dan kader dengan pemberian beras Fortivit.
Selanjutnya, intervensi sensitif juga menjadi bagian dari upaya percepatan penurunan stunting. Ini termasuk penanganan daerah rawan pangan dengan pemberian bahan pangan pokok bagi keluarga yang memiliki balita dengan masalah gizi, perbaikan sanitasi dan rumah tak layak huni, sambungan air bersih, serta kampung keluarga berkualitas dengan dapur sehat atasi stunting.
"Kita juga sudah memiliki sistem manajemen data stunting digital bersifat mobile dan dapat diakses oleh berbagai perangkat, yakni Pontianak Zero Stunting (PAZTI)," pungkasnya.