Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Korsel Tunda Pembicaraan Proyek Listrik di Kaltim

Korea Selatan masih menunda jadwal pembicaraan bisnis bersama pemerintah Kalimantan Timur terkait rencana pembangunan pembangkit listrik 600 MW untuk mendukung pendirian pabrik coal to liquid (CTL) mereka di sana.
Ilustrasi pembangkit listrik/JIBI
Ilustrasi pembangkit listrik/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA—Korea Selatan masih menunda jadwal pembicaraan bisnis bersama pemerintah Kalimantan Timur terkait rencana pembangunan pembangkit listrik 600 MW untuk mendukung pendirian pabrik coal to liquid (CTL) mereka di sana.

Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi, Percepatan Infrastruktur dan Pendayagunaan Sumber Daya Alam Provinsi Kalimantan Timur, Heflin mengatakan pihak Korea Selatan semula berencana untuk menyambangi pemerintah Kaltim untuk membicarakan rencana tersebut pada akhir bulan lalu.

Akan tetapi, pihak Korea Selatan membatalkan rencana tersebut. Dirinya belum dapat memastikan alasan di balik pembatalan tersebut. Namun, menurutnya pihak Korsel masih menyatakan minat untuk melanjutkan investasi di Kaltim.

“Pergeseran jadwalnya kira-kira akhir bulan ini baru mereka akan datang lagi untuk membicarakan rencana investasi itu dengan kita,” katanya saat dihubungi, Senin (19/10/2015).

Heflin mengatakan Korsel berencana untuk berinvestasi mencapai US$5 miliar untuk pembangunan pembangkit listrik dan proyek CTL.

Pihak Korea Selatan akan bernegosiasi dengan PLN Kalimantan Timur untuk bersedia membeli kelebihan kapasitas dari listrik yang diproduksi nantinya sebesar 200 MW. Pasalnya, pabrik CTL diperkirakan hanya akan membutuhkan pasokan listrik sebesar 400 MW.

Heflin mengatakan selama ini pihak PLN menunjukkan indikasi akan bersedia untuk membeli kelebihan kapasitas tersebut. Selanjutnya, kedua pihak tinggal menyepakati harga pembelian per-watt.

Bila berjalan lancar, menurutnya pencanangan atau groundbreaking proyek tersebut sudah dapat dilakukan pada akhir tahun ini. Proyek pembangkit listrik ini diperkirakan akan selesai dalam kurun waktu antara dua hingga empat tahun.

“Proyek CTL dengan demikian baru dimulai setelah listriknya siap, jadi baru 2 sampai 4 tahun lagi,” katanya.

Pabrik CTL merupakan pabrik pengolahan batu bara berkalori rendah, yaitu sekitar 3.000 hingga 4.000 kalori, menjadi sekitar delapan produk baru. Selama ini, batu bara berkalori rendah tersebut tidak termanfaatkan karena tidak ada yang membeli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler