Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kaltim Belum Merdeka Listrik

Kalimantan Timur, terkenal dengan kekayaan sektor pertambangan minyak, gas dan batu bara.
Ilustrasi Kekayaan Kaltim
Ilustrasi Kekayaan Kaltim
Bisnis.com, SAMARINDA - Kalimantan Timur, terkenal dengan kekayaan sektor pertambangan minyak, gas dan batu bara.
 
Berdasarkan data dari Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Kaltim, sepanjang 2015 jumlah produksi batubara di Kaltim baik Perjanjian Karya Pengusaha Batubara (PKP2B) dan Izin Usaha Pertambangan (IUP) mencapai sekitar 260 juta ton.
 
Angka itumengalami peningkatan dari tahun 2014 yang sebesar 252,77 juta ton. Pada 2013, jumlah produksi batubara di Kaltim mencapai 220,09 juta ton naik dari produksi 2012 yang 157,5 juta ton dan 149,1 juta ton pada 2011.
 
Namun, siapa sangka, walaupun sebagai daerah yang kaya akan sumber daya alam migas dan batubaranya, masih banyak wilayah di Bumi Mulawarman yang tak dialiri oleh listrik.
 
Rasio elektrifikasi di Kaltim hingga 2015 baru mencapai 76,5% dan masih ada 40 desa yang belum tersentuh listrik.
 
Persoalan listrik ini juga menjadi kendala bagi sejumlah kawasan industri yang ada di Kaltim.
 
Apalagi, Kaltim mulai beralih pada industri hilir dari sebelumnya pada sektor sumber daya alam.
 
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Provinsi Kaltim M Sabani mengatakan permasalahan listrik menjadi salah satu kendala utama untuk menarik investor agar mau berinvestasi di Bumi Etam.
 
"Kendala saat ini untuk menarik investor agar mau berinvestasi di kawasan industri yakni infrastruktur listrik. Tentu saja tidak langsung menarik investor untuk berinvestasi kalau semua itu belum clear," ujarnya kepada Bisnis.
 
Lebih lanjut lagi, Sabani menuturkan banyak investor yang tertarik utnuk membangun listrik di Kaltim.
 
Namun, mekanisme dan prosedur untuk membangun listrik itu tidak mudah.
 
"Jadi peminat pembangunan listrik ini ada. Banyak yang minat bikin listrik tetapi baru minat. Masalahnya mekanisme dan prosedurenya tidak sederhana yang kami bayangkan untuk melengkapi kawasan yang perlu dukungan listrik," kata Sabani.
 
Mantan Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Provinsi ini tak memungkiri antara investor yang ingin membangun listrik dengan para pelaku usaha di kawasan industri saling menunggu satu dengan yang lain.
 
Para investor berminat membangun listrik di Kaltim pun pasti menunggu terlebih dahulu adanya pembeli listrik dari industri.
 
"Siapa yang bisa menyiapkan listrik secara cepat kalau dia sekarang skala besar enggak mungkin cepat. Kalau sekarang tidak ada yang mau bangun listrik dan industri nunggu listrik, ya siapa. Mau bangun listrik siapa yang beli? Kan selalu begitu jadinya kalau pemerintah enggak turun tangan. Kami mau bangun listrik, investor bangun listrik siapa jamin beli. Belum tau. Ini kami mau bangun pabrik, mana listriknya juga belum tau," terangnya.
 
Permasalahan yang ada di lapangan memang sangat sulit dan akan berlangsung lama apabila Pemprov Kaltim maupun pemerintah pusat tak turun tangan.
 
Namun, tak dapat dipungkiri pula dana dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang dimiliki Kaltim pun tak akan cukup untuk membangun listrik dan dapat memenuhi listrik di Bumi Etam.
 
"Ini bisa tidak susah kalau pemerintah yang turun tapi pemerintah enggak punya uang cukup untuk itu. Misalnya, kami gandeng BUMD tapi BUMD juga enggak punya uang. Cari mitra, tapi mitra berpikir oke kita kerjasama tapi beli listrik saya ini. Itu masalah kan? Kalau kita hanya berkutak-kutik seperti itu sampai kapan selesai ya enggak bisa dijawab," tutur Sabani.
 
Rita Widyasari, Bupati Kabupaten Kutai Kartanegera (Kukar) Provinsi Kaltim, berpendapat hambatan yang dialami dalam menarik investor di industri pengolahan yakni permasalahan listrik yang tidak memadai di Kabupaten Kutai Kartanegara.
 
"Permasalahan listrik ini yang membuat investor kurang tertarik. Kami tengah fokuskan untuk pembangunan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) karena walaupun Kukar penghasil batubara terbesar, namun batubara dibagi ke Kota Bontang, Balikpapan dan Samarinda," ucapnya.
 
Dia meyakini apabila permasalahan listrik ini terselesaikan di Kabupaten Kutai Kartanegara, akan banyak investor yang tertarik membangun industri pengolahan.
 
"Kami telah mencoba pengolahan produk pengolahan seperti rumput laut dan singkong gajah. Fokus kami pada penyelesaian masalah listrik terlebih dahulu," ujar Rita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yanita Petriella
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper