Bisnis.com, BALIKPAPAN - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Balikpapan mulai banyak menerima surat pernyataan dari debitur KPR yang menyatakan tak lagi sanggup melunasi utang pokok dan angsuran pada 2015.
Kepala Cabang BTN Cabang Balikpapan Dwihatmo Arisumasto mengatakan, debitur-debitur itu kebanyakan bekerja di industri pertambangan batu bara dan industri turunannya. Menurut dia, gejala dampak dari menurunnya industri tersebut mulai terlihat pada akhir 2014.
"Pada 2015 akhirnya terasa. Sejak saat itu kami banyak menerima surat pernyataan yang menyatakan debitur tidak bisa menyelesaikan angsuran dengan alasan PHK dan tidak berpenghasilan seperti dulu," jelas Dwi, Rabu (10/8/2016).
Untuk menangani hal tersebut, pihaknya mengambil langkah strukturasi kredit bagi debitur yang telah menyatakan tak bisa menyelesaikan angsuran, jangka waku pinjaman diperpanjang.
Perseroan juga memangkas denda keterlambatan angsuran dan bunga berjalan bagi debitur yang menunggak angsuran dan hendak melunasi.
Menurutnya, penurunan industri unggulan Kaltim ini berpengaruh pada pertumbuhan penyaluran KPR untuk rumah non subsidi pada semester I/2016.
Meskipun pangsa KPR non subsidi masih dominan sebesar 60% dalam portofolio KPR BTN, Dwi mengatakan bukan tak mungkin pada akhir tahun nanti pangsa KPR subsidi malah mendominasi.
Sebab minat pembelian rumah bersubsidi saat ini masih tinggi dan pasar konsumen pun masih potensial.
Pada semester I/2016 pangsa KPR subsidi memang masih 40%, itu pun lantaran banyak debitur yang belum bisa merealisasikan akad. Penyebabnya, ketersediaan unit rumah siap pakai pun masih terbatas.
"Pengembang baru mencari lahan saat pemerintah meluncurkan program rumah murah bersubsidi.
Itu belum lagi tahap pengajuan kredit konstruksi, perizinan, dan pembangunannya. Jadi akad pembelian baru terealisasi pada semester II/2015 kemarin."